Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Mengolah Rasa dan Menulis dengan Hati dalam Omong Kosong

Diperbarui: 30 Mei 2021   02:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: diolah dari postwrap dan cartoonpictures

Katedrarajawen  _

Apakah pernah ada yang berpikir ketika membaca sebuah puisi  yang selesai dalam sekejap itu  melalui proses sepanjang hari?

Bukan hanya pikiran, tetapi hati pun ikut berperan. Berpikir dengan jernih dan merenungkan dalam-dalam padahal hal ini terjadi hanya berawal dari sebuah momen kecil. Namun sangat menyentuh rasa ketika kesadaran  terbuka. 

Untuk menghasilkan  sebuah karya tulis setiap orang pasti memiliki cara. Setiap karya pun tidak selalu melalui proses yang sama. 

Sebuah Ide Berkembang Melalui Proses Pemikiran Panjang dan Perasaan Mendalam 

Ketika menulis  sebuah puisi yang hanya beberapa baris dan dari ide yang remeh mungkin ada yang tidak terpikir bahwa itu melalui proses yang panjang. 

Saat tumbuh tunas ide, biasanya saya langsung tulis dalam bentuk judul atau beberapa kata pembuka. Setelah itu diolah di kepada dan hati beberapa waktu. Bisa pula sepanjang hari, bahkan sampai keesokan hari. 

Pikir berulang kali agar kata-kata bermakna dan tersusun rapi. Kadang terjadi perang di dalam batok kepala. Namun hati akan muncul sebagai penengah. 

Proses panjang ini terjadi juga karena sambil berpikir bila akan ada yang bertanya  atau memberikan kritik saya  sudah menyiapkan jawaban. Bukan untuk berdebat, tetapi memberikan klasifikasi. 

Pada proses penulisan pun, khususnya puisi, benar-benar mesti sepenuh jiwa dalam keheningan. Jangan terpengaruh oleh rasa sedih atau gembira, tetapi harus melampaui rasa yang ada.

Sering sebelum memulai saya secara khusus memejamkan mata sejenak  agar nurani yang menjadi tuan. Memohon agar Tuhan berkenan yang menuntun. 

Oleh sebab itu dalam proses penulisan membiarkan hati yang lebih berperan. Bisa saja hadir kata-kata nan tajam bagai pedang menikam, tetapi tidak melukai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline