Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengolah Rasa dan Menulis dengan Hati dalam Omong Kosong

28 Mei 2021   22:22 Diperbarui: 30 Mei 2021   02:56 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: diolah dari postwrap dan cartoonpictures

Katedrarajawen  _

Apakah pernah ada yang berpikir ketika membaca sebuah puisi  yang selesai dalam sekejap itu  melalui proses sepanjang hari?

Bukan hanya pikiran, tetapi hati pun ikut berperan. Berpikir dengan jernih dan merenungkan dalam-dalam padahal hal ini terjadi hanya berawal dari sebuah momen kecil. Namun sangat menyentuh rasa ketika kesadaran  terbuka. 

Untuk menghasilkan  sebuah karya tulis setiap orang pasti memiliki cara. Setiap karya pun tidak selalu melalui proses yang sama. 

Sebuah Ide Berkembang Melalui Proses Pemikiran Panjang dan Perasaan Mendalam 

Ketika menulis  sebuah puisi yang hanya beberapa baris dan dari ide yang remeh mungkin ada yang tidak terpikir bahwa itu melalui proses yang panjang. 

Saat tumbuh tunas ide, biasanya saya langsung tulis dalam bentuk judul atau beberapa kata pembuka. Setelah itu diolah di kepada dan hati beberapa waktu. Bisa pula sepanjang hari, bahkan sampai keesokan hari. 

Pikir berulang kali agar kata-kata bermakna dan tersusun rapi. Kadang terjadi perang di dalam batok kepala. Namun hati akan muncul sebagai penengah. 

Proses panjang ini terjadi juga karena sambil berpikir bila akan ada yang bertanya  atau memberikan kritik saya  sudah menyiapkan jawaban. Bukan untuk berdebat, tetapi memberikan klasifikasi. 

Pada proses penulisan pun, khususnya puisi, benar-benar mesti sepenuh jiwa dalam keheningan. Jangan terpengaruh oleh rasa sedih atau gembira, tetapi harus melampaui rasa yang ada.

Sering sebelum memulai saya secara khusus memejamkan mata sejenak  agar nurani yang menjadi tuan. Memohon agar Tuhan berkenan yang menuntun. 

Oleh sebab itu dalam proses penulisan membiarkan hati yang lebih berperan. Bisa saja hadir kata-kata nan tajam bagai pedang menikam, tetapi tidak melukai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun