Lihat ke Halaman Asli

Siti Hajar

Novelis

Di Balik Cita-Cita yang Tak Sampai

Diperbarui: 24 Juni 2022   11:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Semua orang memiliki cita-cita dalam hidup. Waktu kecil seringkali kita ditanyakan, "Nanti kalau sudah besar mau jadi apa?" Tentu jawabannya beragam. Ada yang menjadi polisi, guru, hakim, presiden dan jawaban yang paling banyak adalah dokter. Hihi ... ini tidak berubah sejak dulu sampai dengan sekarang.

Namun, ada yang sedikit yang lain, selain dokter, di era millenial sekarang, saat ditanya apa cita-citanya, jawabannya lebih beragam. "Menjadi youtuber, konten kerator, ingin menjadi pengusaha, atau webmaster." Jawaban-jawaban yang seperti ini sering kita dengar akhir-akhir ini. 

Anak-anak Gen Z hari ini tontonannya youtube dan tiktok. Mereka mengenal banyak youtuber yang memiliki kekayaan yang cukup banyak. Memiliki rumah gedong lengkap dengan kolam renang dan perabotan mewah. Mereka juga melakukan perjalanan keliling dunia tanpa harus berpikir berapa duit yang harus dikeluarkan. Masyaallah.

Saya ingat dulu pernah bercita-cita menjadi wartawan atau jurnalis. Saya sangat suka melihat reporter saat melaporkan berita di televisi. Dalam benak saat itu betapa mereka sangat keren. Mencari informasi, menulis beberapa catatan penting kemudian mengabarkan kepada orang-orang di seluruh dunia. 

Betapa keberadaan para jurnalis ini sangat penting. Terutama saat musibah bencana alam dan perang. Orang-orang yang menjadi korban meminta bantuan kepada pihak luar.  Sementara para pemirsa yang tinggal jauh dari mereka ingin tahu berita terkini. 

Pemberita tidak jauh dari skill menulis. Menulis tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada kaidah-kaidah yang harus dipenuhi. Memiliki aturan dan tata cara kepenulisan. 

Tidak hanya sekadar menyusun kata menjadi kalimat dan kalimat menjadi paragraf. Susunan ratusan hingga ribuan bahkan puluh ribu kata ini membuat satu kesatuan menjadi cerita yang lengkap dan utuh. 

Saya percaya orang yang mampu menulis dengan baik karena mereka terus berlatih dan juga rajin membaca. Saya pribadi jika ditanya apakah setiap buku yang dibaca, apakah ada kata-kata atau kalimat yang lengket di ingatan. 

Jujur saya kadang tidak ingat kata perkata atau setidaknya kalimat yang utuh yang bisa saya sampaikan kepada yang lain. Nyatanya tidak teman-teman. 

Namun, saya yakin apapun yang kita baca bahkan koran bekas bungkusan pun, informasi yang ada di sana akan tersimpan di memori otak kita, entah otak bagian yang mana. 

Saat hendak menuangkan ide muncul ke dalam tulisan, kumpulan yang tanpa sadar telah tersimpan rapi tadi dengan senang hati mereka akan mencucul dengan sendirinya sangat kita butuhkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline