Lihat ke Halaman Asli

Karnita

TERVERIFIKASI

Guru

Lorong Kenangan, Jejak Masa Kecil

Diperbarui: 26 Juni 2025   06:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ada suara yang selalu memanggil dari lorong masa kecil kita, yang tak pernah benar-benar sunyi." (dok. Shopee)

Lorong Kenangan, Jejak Masa Kecil
"Ada suara yang selalu memanggil dari lorong masa kecil kita, yang tak pernah benar-benar sunyi."

Oleh Karnita

Pendahuluan
Masa kecil hingga remaja di sebuah kota atau desa sering kali meninggalkan jejak yang tak tergantikan dalam benak. Suara hujan yang jatuh di atap seng, aroma tanah basah, ayam-ayam yang berkeliaran di halaman rumah, hingga canda tawa sederhana bersama saudara, adalah mosaik memori yang meneduhkan. Tak jarang, dalam kesibukan hidup dewasa, ada dorongan diam-diam untuk kembali: bukan hanya secara fisik, tapi secara batin. Ingin menginjak tanah yang sama, mendengar suara yang sama, dan merasakan kehangatan yang dulu pernah ada.

Novel Sebuah Lorong di Kotaku karya Nh. Dini menyajikan lorong kenangan semacam itu. Diterbitkan pertama kali oleh Gramedia Pustaka Utama pada 1978, novel ini bukan hanya rekam perjalanan masa kecil dan remaja sang penulis, tetapi juga menjadi medium untuk memahami laku keluarga Jawa di masa penjajahan. Nh. Dini, yang dikenal dengan gaya bertutur yang lembut dan mengalir seperti air, kembali membuktikan ketangkasannya menenun kisah personal menjadi sesuatu yang universal dan menyentuh.

Ketertarikan terhadap novel ini bukan hanya karena nama besar Nh. Dini yang kerap menulis dari ranah perempuan dan pengalaman batin, tetapi juga karena kemampuan narasinya dalam menghadirkan suasana. Kita seakan diajak duduk di beranda rumah tua di Semarang, mendengar embusan angin dari sela-sela pohon mangga, dan melihat dunia melalui mata anak kecil yang peka, lugu, dan penuh rasa ingin tahu. Inilah kekuatan utama Sebuah Lorong di Kotaku—ia mengajak kita pulang.

Sinopsis: Di Lorong Kenangan Itu

Novel ini mengisahkan perjalanan masa kecil Dini, dari rumah barunya yang meneduhkan di Semarang hingga ke desa kakeknya di Tegalrejo. Segalanya dimulai dari kekaguman sang ibu pada rumah tua beratap rindang dan berlindung adem. Di rumah itu, Dini tumbuh bersama tiga kakaknya dan belajar tentang hidup dari rutinitas harian, aturan makan yang disiplin, serta dongeng-dongeng pengantar tidur dari ibu. Rumah itu menjadi panggung utama bagi pengalaman-pengalaman pertamanya tentang kehidupan.

Musim hujan membawa kenangan tentang ayah yang memelihara ayam, kakak-kakak yang bermain air di halaman, dan Dini yang dengan polosnya bermain dengan ember sebagai perahunya. Kehangatan rumah dan perhatian kecil dari orang tua menyatu dalam harmoni sederhana yang menenangkan. Perjalanan ke desa kakek pun menjadi fragmen penting: menaiki kereta, andong, hingga menyeberangi sungai. Semua itu memperkaya imajinasi dan kesadaran sosial Dini yang masih belia. Di sana, Dini menemukan dunia yang berbeda—alam, keluarga besar, dan kakek yang mengajarkan kebaikan dan kebijaksanaan.

Di Ponorogo, rumah keluarga ibu, Dini menemukan suasana yang dingin dan kaku. Tidak ada kehangatan seperti di Tegalrejo. Pengalaman ini memperkaya pemahamannya tentang ragam karakter dalam lingkungan keluarga. Ia belajar bahwa tidak semua rumah berarti kehangatan, dan tidak semua keluarga memberi rasa aman. Perjalanan kembali ke Semarang membawa mereka pada realitas politik: kabar tentang kemungkinan perang, aktivitas tetangga yang mencemaskan, dan keluarga yang bersiap menghadapi kekacauan.

Ketika suara letusan terdengar dari sekolah, Dini dan keluarganya mengungsi ke Batan. Di tempat pengungsian, kebersamaan kembali teruji, sementara kecemasan akan nasib esok terus membayangi. Namun Dini tetap menjalani hari dengan semangat anak-anak: menemukan dunia baru, sekolah untuk pertama kalinya, dan belajar berpuasa. Bahkan di tengah kekacauan, ia tetap menyerap nilai-nilai hidup dari orang dewasa di sekitarnya. Semua kisah ditutup dengan kepulangan ke Semarang, rumah yang telah dipenuhi kisah-kisah tak terlupakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline