Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Adib Mawardi

TERVERIFIKASI

Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Sudahkah Kita Berpancasila?

Diperbarui: 4 Juni 2021   09:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Garuda Pancasila

Setelah Pancasila dicetuskan sekitar 76 tahun yang lalu, semangat untuk memahami dan mengamalkan isi darinya selalu saja menggelora dari waktu ke waktu. Mulai dari tradisi menghafalkannya untuk kebutuhan pembelajaran yang paling mendasar hingga penjabaran dari masing-masing butir silanya.

Inti dari upaya tersebut adalah agar nilai-nilai dari Pancasila tersebut dapat meresap dan tertanam dalam pemahaman setiap warga negara. Sehingga harapan yang akan diperoleh selanjutnya adalah nilai-nilai luhur yang dikandungnya ini tak hanya akan berhenti pada tataran formalitas menghafal untuk kebutuhan upacara bendera saja, akan tetapi ia pun dapat menjadi inspirasi dan pandangan hidup dalam setiap denyut kehidupan warga negara.

Akan tetapi, jika kita melihat perkembangan masyarakat kita dari waktu ke waktu, kita pun kiranya dapat mengintrospeksi diri, apakah selama ini kita benar-benar sudah berpancasila sesuai dengan keluhuran nilai dan ajaran yang tertuang di dalamnya?

Untuk mencoba menjawab pertanyaan itu, barangkali kita dapat mulai mengurutnya dari sila yang pertama. Pada sila yang pertama ini kita langsung diajari untuk berketuhanan Yang Maha Esa. Ini berarti kita hanya mengakui adanya satu-satunya Tuhan dalam keyakinan kita. Yakni Tuhan Yang Mahas Esa dan tidak ada tuhan selain-Nya.

Maka dari itu, tidak boleh ada tuhan-tuhan lain yang boleh kita sembah maupun kita agungkan selain-Nya. Kita tidak sepatutnya menuhankan jabatan, kekayaan, pimpinan, apalagi diri kita sendiri sebagai tuhan-tuhan lain selain-Nya. Sebab, itu semua sejatinya hanyalah para makhluk Tuhan yang dianugerahi bermacam perhiasan kehidupan sebagai atribut atas penciptaan mereka.

Bermacam atribut itu adalah bentuk-bentuk ujian dari Tuhan bagi mereka apakah mereka akan semakin bersyukur atas keadaannya sehingga mereka akan mendayakannya sesuai amanah yang diberikan. Atau mereka justru akan ingkar karena larut dalam kenikmatan.

Jika para hamba-Nya telah mampu menyadari keadaan ini dengan sebenar-benarnya, maka sudah barang tentu akan mudah bagi mereka untuk dapat menjadi sosok manusia yang adil dan beradab. Musababnya adalah dengan berbekal keyakinan mereka terhadap Tuhan Yang Maha Esa maka akan menjadikan mereka juga merasa yakin atas segala kuasa-Nya.

Mereka yang mampu untuk senantiasa menyadari kehadiran Tuhan YME dalam kehidupan mereka itu tentu juga meyakini bahwa Dia sangat berkuasa untuk mengawasi setiap tingkah laku mereka. Sehingga mereka pun akan merasa khawatir jika setiap perilaku yang mereka kerjakan itu berseberangan dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan mereka.

Hal itulah yang kemudian akan mendorong mereka untuk berusaha menjadi pribadi yang adil dan beradab. Sebab mereka senantiasa menimbang bahwa tidak ada satu pun dari perbuatan mereka yang akan lepas dari pengawasan Tuhan.

Selanjutnya, jika seseorang telah mampu bersikap adil dan berakhlak mulia (beradab) kepada siapa saja maka hal itulah yang akan menjadi cikal bakal  atau awal mula terjadinya persatuan. Mereka akan mudah untuk bersatu dan bahkan menyatukan pihak lain karena masing-masing dari mereka saling mendapat perlakuan adil dari pihak yang lain. Bahkan lebih dari itu, mereka juga berusaha untuk memanusiakan pihak yang lain secara seutuhnya sebagai wujud pelaksanaan adab mereka kepada Tuhan dan semua makhluk-Nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline