Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Kesyahduan Mengundang Rasa Keagungan

Diperbarui: 13 Juli 2019   05:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Di puncak keheningan yang menyelimuti alam, kata dan kalimat terdiam dalam keinginan, sanubari terpatri di kesucian diri. Hakikat mengikat makna kehidupan yang sebenarnya, di kedalaman jiwa, di samuderanya kesadaran yang membunca, titik-titik terang terasa sejuk menyelimuti

Bergetar kalbu mengucapkan keagungan, mengalir deras darah membongkar sekat yang kelam. Bergetar semakin keras dada mendidih oleh penyesalan diri, terisak tangis mengiringi, tertumpah air mata bersama gumpalan dosa. Pecah, rekah, bahkan kepingan-kepingan sesal menggenangi lantai hati

Ucapan tak lagi terdengar, mata terpejam jutaan bayangan berkelebat cepat, kadang hitamnya dosa berontak dari tahtah, berputar liar menyamarkan kedengkian dan kebencian. Sekejap, pedang kesadaran menebas keras, memenggal pekatnya selubung hati yang hitam berkarat

Tubuh tak mampu lagi menyokong waktu, jasad tertinggal ruhani melesat mencapai ketinggian. Dalam kesyahduan kesadaran, dalam hening yang menyejukan, aku bersimpuh memasrahkan seluruh perjalanan kehidupan. Yang fana akhirnya hilang, yang tiada kembali menemui asalnya, hanya titik-titik kecil kesadaran yang tertinggal, tapi terangnya lebih menyilaukan dari jutaan sumber cahaya

Bagan batu 13 juli 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline