Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Fenomena Crossboy di Indonesia 1950-an, Pengaruh Film atau Kurangnya Wadah Remaja?

Diperbarui: 4 April 2024   15:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Klipping berita Crossboy 1957: Foto: Irvan Sjafari

Indonesia mencatat sejarah kenakalan remaja yang cukup serius pada 1950-an dengan munculnya apa yang disebut crossboys. Kemungkinan akibat pengaruh film yang beredar masa itu.  Artikel Respati Wirawan di Majalah Aneka 20 Oktober 1957 menyinggung hal itu.

Melakukan dokumentasi setelah main ke perpustakaan nasional adalah salah satu hobi saya di waktu senggang. Di rumah banyak tumpukan fotokopian, catatan tulisan tangan yang takutnya hancur dimakan zaman.  Untuk itu satu demi satu saya tayangkan di Kompasiana.  Pada 2024 ini saya sudah membuat   tulisan  bertajuk Wanadri dan Mapala 1964-1969 Awal Gerakan Pencinta Alam Indonesia    dan   Pajak Desa  dalam Otoesan Hindia.  

Mengenai crossboy saya sudah menulis beberapa kali di Kompasiana, di antaranya  Bandung 1957: Aksi Cowboy Remaja dan Booming Sekolah Menengah  dan  Bandung 1957 Menindak Keras Crossboy

Kalau saya sendiri melihat bahwa fenomena geng motor saat ini  di sejumlah kota seperti Bandung,  Jakarta, juga kota-kota kecil seperti Cirebon, Bogor, Tasikmalaya  sebangun dengan fenomena remaja sekitar pertengahan 1950-an hingga 1960-an apa yang disebut crossboy kadang disebut cowboy.

Fenomena kenakalan remaja -bahkan kriminalitas remaja ini juga terjadi  di Amerika Serikat mengalami kepanikan atas kejahatan remaja pada 1950-an menurut ulasan Jason Barnosy dalam tulisannya bertajuk The Violent Years: Response to Junevile Crime in The 1950s yang dimuat di Polity Volume 38 number 3, July 2006.

Pada waktu itu  retorika politik maupun ketakutan budaya pada masa itu tampaknya mengarah langsung pada pendekatan "bersikap keras". Namun ternyata respons pemerintah terfokus pada kebijakan pencegahan dan rehabilitasi.

Sebuah dokumen mengenai kenakalan remaja  AS  juga menyebutkan https://www.bartleby.com/essay/Delinquency-In-The-1950s-PC8CGX428XV  Film dan acara TV  pada 1950-an tumbuh lebih cepat setelah Perang Dunia II karena harga TV menjadi lebih terjangkau dan orang-orang memiliki lebih banyak waktu luang.

Banyak film populer pada 1950-an memiliki konten yang tidak sesuai untuk remaja saat itu, namun masih ditonton oleh orang-orang yang berusia di bawah 18 tahun.  Film itu antara lain  "High School Confidential!", "Blackboard Jungle", and "So Young So Bad". The Film "High School Confidential!" dibintangi oleh seorang anak tangguh yang masuk ke sekolah menengah baru yang memiliki kepribadian "stoner" yang khas.

Nah di Indonesia, sebelum femomena crossboy merebak kenakalan remaja sudah ada.  Pada 1950-an awal sebagai akibat perang banyak anak Indonesia di bawah umur terlantar dan ditangkap polisi karena melakukan kejahatan.

Menurut laporan Perhimpunan Pro Juventure Bandung (semaca lembaga non ptofit yang konsen pada kenakalan remaja) selama 1951 terdapat 221 anak yang harus diurus oleh Pro Juventure.

Dari jumlah itu 112 di antaranya terlibat tindakan kejahatan.  Pada  1952 jumlah anak-anak yang diurus pro juventute mencapai 200 orang. Kejahatan yang dilakukan pencurian, pencopetan, menodong hingga pencurian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline