Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Kejahatan Seksual dan Remaja Era 1950-an hingga 1970-an

Diperbarui: 19 Desember 2021   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demonstrasi Anti Cabul pada 1957-Foto: Irvan Repro Aneka

Berita tentang anak diperkosa tengah menghiasi media kita  bertubi-tubi.  Korbannya --tidak hanya anak perempuan, tapi juga laki-laki-- diiming-imingi uang diiringi intimidasi supaya tidak menceritakan peristiwa tersebut kepada siapapun.  Demikian pernyataan dari salah satu topik pilihan Desember ini di Kompasiana, yang saya kutip.

Loh, bukankah ancaman terhadap anak perempuan dan anak laki-laki juga terjadi puluhan tahun lalu, hanya saja media tidak segencar sekarang karena belum ada media sosial? Meskipun demikian kasus terkait seksualitas begitu terungkap menjadi sorotan media.

Bagaimana dengan perilaku seksual di kalangan anak muda pada masa awal Republik? Bagaimana juga dengan pelecehan seksual? Relatif masih memegang nilai-nilai ketimuran.  Apa yang digambarkan dalam film "Tiga Dara" (1957),  "Asrama Dara" (1958), hingga majalah pada masa itu bisa dijadikan ilustrasi, paling nakal ialah lirikan mata laki-laki. 

Pada masa itu sudah banyak perempuan yang mengenyam pendidikan bukan saja tingkat setara SMA tetapi juga perguruan tinggi dan perempuan yang kerja di kantoran dan perdagangan juga mulai banyak. Apakah ada kasus pelecehan seksual  di sekolah, kampus hingga tempat kerja?  Kemungkinan ada, hanya saja mereka tidak bicara atau berani melaporkan. Hanya saja kasusnya masih sedikit mengingat guru-gurunya masih didikan Belanda, nilai agama dan norma budaya masih sangat  kuat.

Pikiran Rakjat 11 Januari dan  20 Januari 1956 mengungkapkan pembunuhan pemilik toko Radio Cine di Jalan Kejaksaan I Bandung  bernama De Kort, berkebangsaan Belanda  tercatat pada 3 Januari 1956 ,memberikan bahan bagi polisi untuk membekuk komplotan perbuatan mesum yang dilakukan orang Belanda yang bermukim di Kota Bandung.

De Kort diduga dibunuh karena perbuatan seksual terhadap anak-anak dan remaja. Pada Januari 1956 sebanyak 35 pemuda diperiksa karena terkait perbuatan mesum yang dilakukan De Kort.

Polisi Bandung sudah menangkap AW Smith karena melakukan perbuatan mesum terhadap anak-anak.  Sejumlah warga Belanda juga mengaku melakukan hal tersebut. Komisaris Tinggi Belanda menemui Hasan Machbul, salah seorang petinggi polisi  agar orang Belanda yang terlibat dikeluarkan dari Indonesia.

Pada Februari 1956 Muhammad Harun, 28 tahun ditangkap sebagai tersangka pembunuhan De Kort. Pemuda kelahiran Solo ini sudah lama kenal dngan De Kort selama dua tahun. Harun membunuh De Kort untuk mengambil foto telanjang dirinya yang dismpian orang belanda itu dan uang Rp12,50 (Pikiran Rakjat, 17 Februari 1965).

Kasus yang paling heboh saya temukan pada Sabtu malam 9 Februari 1957 Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI), seorang Belanda bernama Willy F Brandon menyelenggarakan kegiatan yang disebut "Film Ball" di Hotel Homann Bandung.

Tujuannya ialah mendekatkan para pengemar film dengan bintang-bintang Indonesia serta menimbulkan hasrat cinta pada usaha dunia film Indonesia. Idenya ialah para undangan meniru bintang film luar negeri. Acara "mirip bintang" ini dimeriahkan oleh pertunjukkan Rock N Roll.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline