Lihat ke Halaman Asli

Jumari Haryadi Kohar

TERVERIFIKASI

Penulis, trainer, dan motivator

Mengintip Kerasnya Kehidupan Nelayan Banten

Diperbarui: 23 Desember 2015   00:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Nelayan Banten sedang mendarat dari menjaring ikan di laut (Sumber: j. Haryadi)"][/caption]Selasa pagi, 22 Desember 2015, saya sudah berada di Kampung Ketapang Cangkudu, Desa Citeurup, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Kehadiran saya ke kampung nelayan ini dalam rangka berkunjung ke rumah paman – adik kandung ibu saya.

Pemandangan di seputar tempat tinggal paman begitu indah. Kebetulan rumahnya berada persis di bibir pantai, sehingga kita bisa melihat indahnya buih lautan yang menari-nari di atas pasir putih. Jalan yang ada di depan rumah paman merupakan akses menuju lokasi wisata Tanjung Lesung, sehingga tidak heran kalau selalu ramai dengan wisatawan yang datang berkunjung, terutama ketika mendekati hari libur.

Sudah cukup lama saya tidak datang ke rumah paman. Dulu rumahnya agak jauh dari pantai, jaraknya sekira 150 m,  dekat dengan lahan pertaniannya. Sekarang rumahnya pindah ke pinggir jalan, sambil usaha membuka warung kopi dan makanan. Dia bersyukur dagangannya laris, sehingga rezekinya semakin bertambah. Banyak wisatawan  yang mampir ke warungnya. Mereka biasanya minum kopi dan mencicipi cemilan, sambil menikmati pemandangan laut dari belakang rumah paman.

Mengintip Kehidupan Nelayan Kecil

Pagi hari, ketika saya baru bangun tidur, sudah disuguhi minuman teh hangat dan kue kampung untuk sarapan pagi. Sebelum mencicipinya, saya sempatkan dulu ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sekalian berwudhu untuk persiapan melaksanakan sholat Shubuh.

Rupanya paman sudah tak sabar menunggu saya untuk mengobrol, sekedar melepas rindu. Kami mengobrol di belakang rumah paman dengan penuh keakraban. Sesekali tawa kami menggema keras, menyaingi gemuruh ombak di lautan.

Bangunan rumah paman berupa rumah panggung yang terbuat dari kayu yang dikombinasikan dengan geribik  - dinding yang terbuat dari bahan anyaman pohon bambu. Pada bagian belakang rumahnya sengaja dibiarkan terbuka, tanpa pintu dan hanya dibuatkan dinding ukuran satu meter, sehingga kita bisa duduk di sana sambil melihat pemandangan laut lepas yang begitu indah. Kerap kali terdengar deru ombak, bagaikan irama musik yang terus mengiringi perbincangan kami berdua.      

Sambil bercerita, mata saya mencuri pandang ke hamparan laut. Beberapa nelayan tampak mulai merapat ke tepi pantai sambil membawa hasil tangkapan mereka. Rupanya mereka baru saya pulang melaut mencari nafkah buat keluarganya Tiba-tiba tebersit dalam pikiran saya untuk meliput aktivitas keseharian mereka. Saya pun minta izin ke paman untuk beranjak dari tempat duduk dan ingin melihat mereka dari dekat.

[caption caption="Sekelompok nelayan baru saja mendarat dari menangkap ikan di laut (sumber: J.Haryadi)"]

[/caption]

[caption caption="Seorang anak sedang membantu ayahnya mengambil ikan di jaring (sumber: J. Haryadi)"]

[/caption]

[caption caption="Seorang nelayan tampak bangga menunjukkan ikan hasil tangkapannya hari ini (sumber: J. Haryadi)"]

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline