Lihat ke Halaman Asli

Julkhaidar Romadhon

Kandidat Doktor Pertanian UNSRI

Impor Gandum Meningkat, Bagaimana Diversifikasi Pangan?

Diperbarui: 23 Mei 2018   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: www.foodbusinessafrica.com

Pemerintah terus menggalakan program diversifikasi pangan bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan, sampai saat ini penduduk Indonesia tidak mau berpaling dari beras. 

Bahkan yang lebih parahnya lagi, justru masyarakat di Indonesia bagian timur sudah terbiasa makan nasi. Mereka menjadikan nasi sebagai bahan makanan kebutuhan pokok.

Tingginya tingkat konsumsi pangan atas beras, mendorong pemerintah untuk meningkatkan produksi padi. Ketika cuaca bersahabat maka produksi dipastikan meningkat. Namun, ketika cuaca menjadi faktor penghalang maka produksi dipastikan turun.

Lalu pertanyaannya, apa yang dilakukan pemerintah untuk mencukupi kebutuhan beras dalam negeri?

Solusi yang ditawarkan selama ini adalah diversifikasi pangan atau mendorong masyarakat mencari alternatif makanan pokok pengganti selain beras. Pemerintah terus mengkampanyekan agar masyarakat mengkonsumsi jagung, umbi-umbian, gandum serta panganan lokal lainnya

Semua ini bertujuan agar jalan terakhir impor beras, tidak ditempuh untuk mencukupi kekurangan produksi dalam negeri.

Lalu pertanyaannya sekarang, apakah program diversifikasi pangan sudah berjalan pada track yang benar?

Salah Kaprah 

Memang masyarakat Indonesia, sudah mengurangi konsumsi nasi. Ini terlihat dari turunnya tingkat konsumsi beras nasional. Jika dahulu digunakan angka 139 kg per kapita per tahun, maka sekarang masing masing pemerintah daerah menggunakan angak kurang dari 100 kg per kapita per tahun.

Disatu sisi memang program diversifikasi sudah berhasil namun sangat disayangkan, ternyata impor kebutuhan pangan pokok lain meningkat.

Fenomena ini ibarat, keluar dari mulut buaya masuk mulut harimau. Ingin keluar dari impor beras malah justru impor gandum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline