Program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah menjadi perhatian nasional. Di Kabupaten Bandung, khususnya di wilayah seperti Nagreg, Cikancung, Cicalengka, dan Cilengkrang Cimenyan, program ini dijalankan dengan pendekatan yang unik dan kuat.
Kunci keberhasilan di sini terletak pada pemanfaatan pangan lokal MBG, yaitu bahan-bahan yang diambil langsung dari petani dan kebun di sekitar dapur pelayanan.
Pendekatan ini bukan hanya soal memberi makan, tetapi membangun kemandirian pangan daerah sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat.
Pemanfaatan pangan lokal MBG ini telah membuktikan dua hal penting. Pertama, kualitas dan kesegaran bahan makanan jauh lebih terjamin. Kedua, program ini secara langsung memberikan dampak positif pada petani kecil dan pelaku usaha mikro setempat.
Kita akan melihat bagaimana strategi berbasis kearifan lokal ini diimplementasikan, mulai dari inovasi resep hingga manfaat ekonominya.
Inovasi Pangan Lokal: Mengubah Kebiasaan Makan Anak
Bahasan ini fokus pada bagaimana dapur MBG di Kabupaten Bandung mengubah bahan lokal menjadi menu yang disukai anak-anak.
Strategi utamanya adalah melakukan inovasi resep, sehingga bahan pangan seperti jagung, singkong, dan talas (taleus) tidak hanya berfungsi sebagai pengisi perut, tetapi juga sumber gizi yang menyenangkan.
Di Kecamatan Nagreg, misalnya, jagung bukanlah sekadar bahan tambahan. Beberapa dapur MBG di sana kreatif mengolah jagung menjadi pengganti nasi. Resep seperti Jasuke (Jagung Susu Keju) atau perkedel jagung menjadi favorit.
Anak-anak menerima karbohidrat dan serat dari jagung yang diolah dengan rasa kekinian yang mereka gemari. Ini adalah contoh nyata bagaimana pangan lokal MBG diolah untuk mengatasi kebosanan menu.
Selain jagung, dapur-dapur MBG di Nagreg juga menyerap hasil pertanian rumahan skala kecil. Sayur mayur seperti bayam, bawang daun, dan seledri yang ditanam di pekarangan warga ditampung oleh sentra pelayanan.