Lihat ke Halaman Asli

Julius Deliawan A.P

https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Berpikir Kritis di Era Hoaks

Diperbarui: 9 September 2025   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buatan AI

Di era media sosial, kabar bohong bisa menyebar lebih cepat daripada kebenaran. Hoaks mampu memicu kepanikan, perpecahan, bahkan konflik, hanya karena orang terlalu cepat percaya tanpa berpikir kritis. Di sinilah belajar sejarah menemukan relevansinya.

Sejarah sering dianggap hanya kumpulan tanggal dan nama tokoh. Padahal, jauh lebih penting dari itu, belajar sejarah melatih kita untuk berpikir kritis. Mengapa demikian? Karena sejarah tidak pernah sepenuhnya netral. Setiap catatan masa lalu lahir dari sudut pandang tertentu: pemenang perang, penjajah, pejuang, atau bahkan rakyat kecil. Tugas kita sebagai pembelajar sejarah adalah memilah, membandingkan, dan mencari kebenaran yang lebih utuh dari berbagai sumber.

Kemampuan inilah yang sangat relevan dengan fenomena banyaknya hoaks di era digital. Hoaks, layaknya "sejarah versi sepihak", sering muncul dengan tujuan tertentu: memengaruhi opini, menyebar kebencian, atau sekadar mengejar sensasi. Tanpa berpikir kritis, masyarakat mudah termakan isu, terprovokasi, bahkan terpecah belah.

Belajar sejarah memberi latihan untuk menghadapi situasi semacam ini. Pertama, kita terbiasa menguji sumber: siapa penulisnya, apa latar belakangnya, dan apa motifnya. Kedua, kita belajar membandingkan versi: apakah informasi tersebut konsisten dengan sumber lain yang lebih kredibel. Ketiga, kita dilatih untuk tidak cepat percaya, melainkan menganalisis konteks sebelum mengambil kesimpulan.

Dengan pola pikir semacam ini, kita lebih siap menghadapi derasnya arus informasi. Seperti saat membaca catatan kolonial yang menyebut perang rakyat sebagai "pemberontakan", kita diajak mempertanyakan: benarkah demikian, atau ada perspektif lain yang disembunyikan? Pertanyaan serupa juga berlaku ketika kita menerima berita viral di media sosial: benarkah faktanya seperti itu, atau ada manipulasi di baliknya?

Akhirnya, belajar sejarah bukan sekadar mengenang masa lalu, melainkan membekali diri dengan keterampilan intelektual. Di tengah maraknya hoaks, kemampuan berpikir kritis dari sejarah adalah benteng agar kita tidak mudah tertipu dan tetap bisa melihat kebenaran dengan jernih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline