Lihat ke Halaman Asli

Jufrianto Siahaan

Selamat membaca Catatan Harian saya.

Ihwal Berbahasa Inggris yang Suka Bikin Sinis

Diperbarui: 4 Juli 2018   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa Inggris menjadi aksesibilitas interaksi sosial dalam dunia yang tanpa batas (borderless world)

Bagi saya, hal terpenting dalam berinteraksi dengan sesama adalah terciptanya komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik bisa terjadi apabila penerima pesan mampu menangkap pesan dari si pemberi pesan. Pun demikian halnya, ketika kita berkomunikasi dengan mereka yang berbahasa asing.

Saya teringat kisah bapak saya, yang bercerita tentang sebuah situasi yang dihadapi seorang buruh pelabuhan yang didatangi seorang warganegara asing. Dengan bermodal sedikit diksi bahasa Inggris serta bahasa tubuh yang ekspresif, buruh pelabuhan ini tampak berusaha keras menjelaskan segala sesuatu untuk setiap pertanyaan yang dilontarkan orang asing tersebut, yang juga tidak ia dipahami.

Setelah momen tersebut, Bapak saya bertanya sekiranya dia mengerti segala perkataan yang dikemukakan si "bule" tersebut. "Memangnya apa yang hendak kamu jelaskan ketika kamu menggerakkan tanganmu ke depan dan ke belakang berulang-ulang?" tanya Bapak saya kepada buruh pelabuhan itu.

"Oh itu...." Sambil tersipu malu, ia menjawab, "Aku mau bilang 'gergaji', tetapi aku tidak tahu bahasa Inggris untuk kata tersebut. Ya kujawab saja, 'come to me, come to you... come to me, come to you... sambil 'ku gerak-gerakkan tanganku. Syukur-syukur dia mengerti, Oom."

Dalam sebuah kesempatan yang lain, saya pernah mendengar pengajar saya, berkewarganegaraan Inggris, berkata: 

"kami sungguh menghargai Anda yang mampu berbahasa Inggris, kendati Anda merasa belum sempurna dengan itu. Karena dengan demikian, kita dapat berkomunikasi dengan baik."

Ia pun berseloroh, "justru kami cukup kesulitan jika kami ingin membicarakan tentang Anda, karena Anda pasti memahami perkataan kami. Berbeda jika Anda membicarakan saya dengan rekan-rekan Anda dengan bahasa ibu Anda."

Begitulah kira-kira. Komunikasi itu sesederhana mereka memahami perkataan dan menangkap pesan kita. Ironisnya, berbicara dalam bahasa Inggris sekarang ini telah menjadi semacam gaya hidup. Tak jarang juga menjadi kebutuhan primer bagi kebanyakan orang.

Buktinya, banyak orang tua mendaftarkan anak-anaknya mengikuti kursus bahasa Inggris sejak dini. Pilihan sekolah formal pun juga harus bergengsi, lengkap dengan bahasa pengantar Inggris dan pengajar asing (native teacher). 

Tak hanya itu. Dunia kerja dewasa ini juga mensyaratkan kemampuan bahasa Inggris sebagai kriteria penerimaan pegawai. Pokoknya, tidak ada bidang yang luput dari fenomena berbahasa Inggris ini.

Menurut saya, alasannya sebenarnya hanya untuk memudahkan aksesibilitas berinteraksi sosial dalam dunia yang sudah tanpa batas (borderless). Tidak perlu kaget apabila di lingkungan tempat kita bernaung ini sudah sering menjumpai warganegara asing berseliweran. Entah untuk bisnis maupun kesenangan (pleasure). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline