Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Rahasiakan Tanggal Lahir agar Tak Repotkan Para Siswa/Orangtuanya

Diperbarui: 4 Juli 2022   06:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: zerowaste.id

"Di sekolah anakku dilarang ngasih kado buat guru," cerita teman saya yang putranya disekolahkan di sekolah Muhammadiyah Unggulan di ibu kota kabupaten.

Dulunya di sekolah ini, setiap Akhir Tahun Ajaran pasti orang tua siswa akan kebingungan memberikan kado atau bingkisan untuk gurunya. Memberikan kado adalah sebuah hal yang lazim. Namun dalam perkembangannya, pihak sekolah melarang pemberian bingkisan tersebut.

Teman saya selama menyekolahkan anaknya di sekolah itu hanya sekali, sebelum ada larangan dari sekolah. Selepas itu, dia lebih santai setiap akhir tahun ajaran tiba.

Bagi beberapa orang, memberikan bingkisan kepada guru merupakan sesuatu yang lumrah karena jasa guru tak bisa tergantikan oleh apapun. Mereka memandang bahwa guru telah mendidik anak-anak mereka dengan baik sehingga wajar apabila diberikan bingkisan sebagai tanda cinta atau terima kasih.

Bagaimana saya sendiri menyikapi fenomena seperti itu?

Saya mengajar di lingkungan yang mayoritas penduduknya bukan sebagai pegawai. Kebanyakan pekerjaan orangtuanya adalah petani atau buruh. Jadi, tidak ada budaya atau pembiasaan untuk memberikan kado atau bingkisan kepada guru setiap akhir tahun.

Tak ada rasa iri kepada teman guru yang mengajar di sekolah lain yang menceritakan kado-kado yang diterimanya saat penyerahan rapor kenaikan kelas. Toh mendidik sudah menjadi tanggung jawab seorang guru.

Saya ingat ---ada seorang teman yang membawahi sekolah-sekolah--- bercerita kalau dia tidak mau menerima apapun dari sekolah. Bahkan makanan yang disajikan tak akan disentuhnya. Dia hanya menerima suguhan kopi setiap melakukan monitoring di sekolah-sekolah pada yayasannya.

"Kalau ada kopi tersaji, aku bakal betah di sekolah itu, mbak. Sambil berkomunikasi dengan guru," kurang lebih seperti itulah ceritanya.

Jika teman saya yang membawahi sekolah saja tak mau menerima imbalan apapun, dengan alasan karena sudah menjadi tugasnya. Saya dan juga teman-teman juga memiliki prinsip yang sama, sudah menjadi kewajiban guru mendidik para siswa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline