Lihat ke Halaman Asli

Harjono Honoris

Wiraswasta

La La Land: Idealisme vs Kemapanan dalam Musikal

Diperbarui: 2 Februari 2017   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Indie Wire

Sebuah cerita perwujudan mimpi yang merdu, berkilau, dan megah.

Hidup seniman adalah suatu jalur yang penuh idealisme. Seni adalah ekpresi jiwa manusia, yang diwujudnyatakan dalam sebuah karya. Namun, karena manfaatnya sungguh tak berwujud, seni adalah bidang yang selalu mendapat terjangan, mulai dari keuangan, kemapanan, dan lingkungan. Beranikah kamu bermimpi untuk mewujudkan ekspresimu?

Sinopsis
Jika film adalah seni gambar bergerak, maka La La Land adalah seni yang berbicara tentang berkesenian. Kita akan menelusuri perjalanan Mia (Emma Stone) dan Sebastian (Ryan Gosling) dalam membangun kesuksesan mereka di Los Angeles, Hollywood. Mia ingin menjadi artis ternama dan Sebastian ingin menjadi musisi jazz yang juga mempunyai klab sendiri. Mereka menjalani berbagai pekerjaan -- pelayan kafe, pianis bayaran, pemain band rumahan -- sambil mengikuti berbagai audisi yang mungkin bisa mewujudkan mimpi mereka. Kesamaan visi merekatkan mereka, sampai suatu ketika kesempatan sukses menghampiri mereka berdua, tetapi akan mengorbankan idealisme dan hubungan mereka. Akankah Mia dan Sebastian meraihnya?

Komentar
Kisah pencarian mimpi berbalut romansa yang sejatinya dapat selesai dalam beberapa kalimat ditampilkan megah dengan musikal dan sinematografi yang mengagumkan. Bunyi saksofon, drum, bas, dan instrumen-intrumen jazz akan menggemakan telinga Anda dalam lagu-lagu bertema kerinduan dan harapan. Lihat saja judul-judul lagunya: Someone in the Crowd (terj. Seseorang dalam Keramaian), City of Stars (Kota Gemintang), dan The Fools Who Dream (Orang-Orang Bodoh yang Bermimpi). Kemegahan dan kelembutan berbaur dalam sinematografi yang memancarkan pemandangan kota Los Angeles dalam warna-warna neon.

Kekaguman tidak berhenti hanya pada sisi teknis, tapi juga pada para pemeran. Emma Stone dan Ryan Gosling bersinar di setiap adegan dengan tarian dan nyanyian yang tak disangka-sangka dari kedua orang yang terbiasa pada drama serba dialog. Mereka menjadi dua sosok yang menyampaikan pergulatan idealisme dan kemapanan, di latar Hollywood di mana setiap orang bisa melihat mimpinya diinjak-injak atau mekar dalam sekejap mata.

Akhirnya, La La Land adalah suguhan yang berkilau bagi para penggemar romansa dan musikal. Akankah Mia dan Sebastian meraih mimpinya dan mempertahankan cinta mereka? Anda cuma bisa mengetahuinya dengan terus menyaksikan film ini, dan bersiaplah untuk aksi musikal penutup di 8 menit terakhir yang menyimpulkan pencapaian dua seniman ini: idealisme atau kemapanan.

Rating

10/10




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline