Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Pembelaan Diri Seorang Perokok

Diperbarui: 13 Mei 2021   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Smoking Room di Bandara Changi, Singapura, 18 November 2009.

Dulu saya seorang perokok berat, tapi sekarang semakin hari semakin berkurang. Saya sudah mencoba berbagai cara lain, misalnya meminum tablet nikotin, menggunduli kepala lalu menyapukan minyak angin ke atasnya, berpuasa merokok dengan meredam keinginan merokok setiap kali keinginan itu muncul dsb, dan hanya bisa berhenti selama maksimum 2 bulan. Setelah itu saya mulai lagi dengan 1 batang, lanjut terus 2 batang, dst. 

Sekarang saya merokok hanya sekitar 1/4 dibandingkan pada saat saya menjadi perokok yang seberat-beratnya. Semua teman yang sudah berhenti total membagikan kiat mereka: "Semuanya dimulai dengan niat," utamanya teman yang pernah sakit dan karena penyakitnya dia dilarang merokok oleh dokter. Jadi sampai sekarang saya belum melihat dengan jelas apa yang mereka maksudkan dengan "niat."

Kesimpulannya, sampai sekarang saya belum berhenti merokok dan hanya bisa benar-benar ikhlas dan tidak merasa "tersiksa" karena tidak merokok ketika berada di dekat Putri, atau ketika berada di dalam mobil, ada atau tak ada Putri, karena dilarang oleh Putri.

Mungkin saya harus memperluas wilayah "ikhlas berhenti" ini, yang sangat berbeda dengan misalnya ketika sedang berada di bandara atau tempat lainnya yang dengan keras memberi tanda "No Smoking" dan mengarahkan (tepatnya membatasi) para perokok untuk melakukan kegiatan kesukaan mereka itu di dalam "Smoking Room."

Uraian saya sampai sejauh ini sudah jelas-jelas menyajikan alasan-alasan yang dijadikan pembelaan oleh seorang perokok.

Berikut adalah bentuk-bentuk lain dari pembelaan serupa yang sudah saya kumpulkan:

1. "Manusia di dunia ini terbagi menjadi perokok dan non-perokok. Benar bahwa perokok menyebabkan gangguan bagi non-perokok, tapi gangguan itu bersifat fisik, sedangkan  gangguan yang disebabkan oleh non-perokok bagi perokok bersifat spiritual. Sudah barang tentu, banyak non-perokok yang tidak mencoba mencampuri urusan perokok, dan para istri bahkan bisa dilatih untuk mentoleransi suami mereka yang punya kebiasaan merokok di atas ranjang. Itu pastilah sebuah tanda dari sebuah pernikahan yang bahagia dan sukses."

2. Dalam sebuah ruang praktik bedah, seorang profesor ahli bedah non-perokok dan juga perokok-fobia sedang menjelaskan kepada para peserta PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) dengan sangat emosional, sambil menunjuk ke tubuh 2 jenazah yang sudah terlebih dulu dia bedah:

"Saudara-saudara, tolong perhatikan, yang ini paru seseorang yang ketika masih hidup tidak pernah merokok, sangat bersih, dan yang ini paru seorang perokok berat, hitam kelam." Profesor ini mendengar tanggapan perlahan dari seorang peserta PPDS, perokok berat:

"Benar Prof., tapi bukankah kedua orang ini sama-sama sudah meninggal?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline