Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Pedagang Kembang Api Musiman

Diperbarui: 3 September 2021   05:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rizki membantu ayahnya berjualan kembang api, 12 Mei 2021. Dokpri.

Ini adalah sebuah "near real-time journalism."

PERINGATAN:
Sebaiknya anak-anak jangan dibiarkan bermain kembang api tanpa pengawasan oleh orangtua, dan jangan memproduksi, memperdagangkan, apalagi membiarkan anak bermain petasan.

Setiap tahun, selama bulan Ramadhan, biasanya muncul pedagang kembang api di pinggir jalan. Salah satunya adalah pak Indra, yang membuka dua lapak dagangan, yang satu dia jaga sendiri, dan satu lagi dibantu anaknya, Rizki.

Rizki adalah seorang anak kelas 6 SD yang selama ini saya ajari bermacam hal, misalnya matematika, dan rencananya akan belajar bermain harmonika, lihat artikel saya: Koleksi Harmonika Langka Saya.

Keterpurukan ekonomi yang semakin parah akibat pandemi dialami oleh siapa saja, namun hal itu tidak menyurutkan semangat juang pak Indra, PERUT HARUS TETAP DIISI.

Di rumah mereka, bu Indra membantu suaminya dengan berdagang makanan atas dasar pesanan, misalnya mie instan pakai telur, aneka gorengan, dsb. Pelanggannya yang kebanyakan para tetangga semakin banyak, mungkin dengan alasan lebih praktis memesan makanan dan minuman ini ketimbang memasaknya sendiri.

Di zaman pasca edan ini (karena menurut saya zaman edan sudah lama terjadi), kita semakin lama sudah semakin tidak heran melihat hal-hal yang mengherankan terjadi. Baru kemarin sore saya berbincang dengan pak Indra dan saya sempat menanyakan apakah omzet jualannya bagus.

Pak Indra pun memberikan jawaban yang "mengherankan" itu:
"Awal-awal saya jualan kembang api, omzetnya memang lumayan pak. Tapi kemudian ada orang-orang tertentu yang datang ke sini cuma untuk menanyakan harga-harga kembang api yang saya jual, mereka sama sekali tidak membeli apa-apa. Besok-besoknya, mereka buka sendiri lapak dagangan yang sama dengan saya. Ini sedikit banyaknya membawa dampak negatif kepada saya."

"Sabarlah," katanya, "mau gimana lagi, jalani saja. Rezeki itu tetap diberikan oleh Yang Mahakuasa asal kita terus berusaha."

Waduh! Ternyata pada tingkat pedagang musiman kembang api seperti pak Indra pun tak luput dari yang namanya spionase dagang.

Barusan saya bertanya kepada Rizki, bagaimana suka dukanya harus membantu sang ayah berjualan di tengah kesibukannya sekolah dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh. Murid saya yang satu ini pun jadi curhat kepada saya:
"Masih bisa Rizki jalani dengan baik, dengan semakin banyak belajar setiap harinya wak. Tapi kadang-kadang terasa capek juga."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline