Wong Agung Wilis: Pejuang Terlupakan dari Ujung Timur Jawa
Ketika kita bicara soal perjuangan rakyat melawan penjajahan, nama-nama seperti Diponegoro, Pattimura, atau Sultan Hasanuddin sering kali muncul. Namun, pernahkah kamu mendengar tentang Wong Agung Wilis, seorang bangsawan dari Blambangan (sekarang Banyuwangi) yang memimpin gerakan sosial-politik melawan Kompeni VOC pada tahun 1767--1768?
Blambangan, Tanah Sengketa yang Tak Pernah Tenang
Blambangan terletak di ujung timur Pulau Jawa, berbatasan langsung dengan Bali. Karena letaknya yang strategis, daerah ini kerap jadi rebutan kekuasaan: antara kerajaan Bali, Jawa, dan akhirnya VOC Belanda. Pada masa itu, rakyat Blambangan hidup dalam tekanan luar biasa dipaksa kerja paksa, ditarik pajak tinggi, bahkan dipaksa meninggalkan keyakinan dan budayanya.
VOC makin merajalela, mendirikan benteng, memonopoli perdagangan, dan menunjuk pemimpin-pemimpin boneka yang hanya berpihak pada kepentingan kolonial.
Wong Agung Wilis Bangkit!
Dari kondisi ini, muncullah sosok Wong Agung Wilis, bangsawan berdarah Blambangan dan Bali, yang menolak tunduk. Ia memimpin rakyat dalam sebuah gerakan sosial-politik besar untuk membebaskan Blambangan dari cengkeraman VOC.
Yang menarik, pasukan Wilis bukan hanya rakyat lokal. Ia berhasil membangun aliansi dengan suku Bugis, Cina, Melayu, hingga Inggris. Dalam waktu singkat, pasukannya menyerbu benteng VOC dan sempat menguasai wilayah penting di Blambangan.
Sayangnya, gerakan ini dikhianati dari dalam. Wilis akhirnya ditangkap dan dibuang ke Banda. Meski ia sempat melarikan diri dan kembali ke Bali, tak lama kemudian ia wafat. Namun semangat perlawanannya tetap dikenang.
Dampak dan Warisan
Setelah gerakan itu, VOC mengganti tatanan sosial Blambangan. Penduduk dipaksa pindah agama, budaya Bali dilenyapkan, dan semua bentuk perlawanan dibungkam. Namun nama Wong Agung Wilis terus hidup dalam ingatan masyarakat Banyuwangi.