Lihat ke Halaman Asli

JOE HOO GI

We Do What We Want Because We Can

Inferior LGBT Versus Superior Heteroseks

Diperbarui: 5 Februari 2020   05:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perihal LGBT (Lesbian-Gay-Biseksual-Transgender)  yang akhir-akhir ini mulai memanas kembali, saya sudah kupas-tuntas secara detail pada tulisan saya. Tulisan saya yang saya posting tanggal 9 April 2016 berjudul Syaiful Jamil, LGBT dan Kambing Hitam.Bagi yang belum membacanya dapat diklik di sini.  Saya tak perlu membahas panjang lebar perihal fenomenal LGBT yang kini Rancangan Undang-Undangnya lagi diperdebatkan secara alot oleh para anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari berbagai fraksi. Ada dua kubu pemahaman yang berbeda dalam memahami sosok LGBT. Pemahaman yang pertama menganggap bahwa keberadaan LGBT wajib ditolak sebab merupakan perilaku seksual yang menyimpang, dan LGBT tidak ada kaitan dengan orientasi libido seksual. Kubu dari pemahaman pertama memberikan konsekuensi hukum kepada perilaku LGBT yang bisa dipidanakan.

Sedangkan untuk pemahaman yang kedua menganggap bahwa kehadiran LGBT bukan sebagai perilaku penyimpangan seksual, melainkan tumbuh dari orientasi libido seksualnya yang berbeda dengan lahiriah kelaminnya. Libido ini bukan perilaku seksual, melainkan orientasi seksual. Misal dalam kasus yang normal, seorang berkelamin pria dan wanita heteroseks memiliki libido yang punya daya ketertarikan dengan kelamin yang berbeda jenis.  Tapi bagi pria atau wanita LGBT justru libidonya memiliki daya ketertarikan dengan kelamin yang sejenis. Konklusinya, LGBT bukan perilaku seksual sehingga resikonya tentunya bisa disembuhkan melalui tekhnologi kedokteran atau dijerakan melalui hukuman pidana, sebaliknya LGBT tumbuh secara genetikal dari orientasi libido seksualnya. Tak ada tekhnologi kedokteran pun sampai kini yang dapat mengubah orientasi libido seksual manusia.

Setiap manusia yang lahir secara LGBT dan Heteroseks pasti memiliki kodrati yang disebut sebagai orientasi libido seksual. Kebetulan pria atau wanita heteroseks antara lahiriah kelamin dan libidonya justru sesuai dengan orientasi seksualnya yang meiliki daya ketertarikan kelamin yang berbeda jenis. Sebaliknya pria atau wanita LGBT antara lahiriah kelamin dan libidonya justru tidak sesuai dengan orientasi seksualnya yang memiliki daya ketertarikan kelamin yang sejenis. Kondisi ini bukan terjadi sekarang tapi sudah terjadi berabad-abad lamanya, sebelum turunnya Nabi-Nabi di dunia. Anehnya mengapa harus diributkan sekarang?

Ada persepsi salah yang menganggap LGBT sebagai perilaku sehingga dimungkinkan dapat menular. Padahal LGBT bukan perilaku melainkan orientasi seksual yang tumbuh dari genetikal libido. Oleh karena itu, LGBT dipastikan tidak akan menular selama yang mendekati adalah tidak memiliki orientasi seksual yang sama. Misal seorang wanita heteroseks, meski dia berinteraksi sosial dengan wanita-wanita lesbian maka sangat dapat dipastikan dia tidak akan menjadi wanita lesbian, sedemikian juga sebaliknya. Sedemikian juga seorang pria heteroseks, meski dia berinteraksi sosial dengan pria-pria gay maka sangat dapat dipastikan dia tidak akan menjadi pria gay, sedemikian juga sebaliknya.

Menggugat LGBT sama saja menggugat Takdir Tuhan yang telah menciptakan manusia yang tak terlepas dari kelibidoannya. Pria gay dan wanita lesbian tak pernah ada keinginan lahir sebagai LGBT, sedemikian pula pria dan wanita heteroseks tak pernah ada keinginan lahir sebagai heteroseks. Saya sendiri tak pernah tahu mengapa saya lahir sebagai pria heteroseks. Tapi saya pun tidak bisa menolak jika misalnya saya ditakdirkan oleh Tuhan sebagai pria gay. Apakah kemudian takdir dari genetikal libido saya sebagai pria gay lantas harus dikucilkan, disingkirkan dan dihukum pidana? 

Sebagai penutup tulisan saya ini, saya akan mengakhiri dengan puisi saya yang sebelumnya secara spontan pernah aku kirimkan sebagai status di account Facebook saya. Klik di sini untuk mencocokannya. 

Tak ada manusa di dunia ini 

siapa saja manusianya tanpa kecuali 

tak ingin dilahirkan sebagai LGBT 

sebagaimana saya tak berharap 

lahir sebagai laki-laki 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline