Lihat ke Halaman Asli

Jimmy S Harianto

TERVERIFIKASI

Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

100 Tahun PK Ojong: Menyingkap Jiwa Seni Pendiri Kompas

Diperbarui: 25 Juli 2020   18:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bentara Budaya Jakarta dengan latar belakang gedung Menara Kompas, tempat PK Ojong menyimpan koleksi lukisan milik Kompas.(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Lebih dari 600 lukisan dimiliki surat kabar harian Kompas. Sebagian besar merupakan koleksi-koleksi langka karya para maestro lukis Indonesia, dan terutama lukisan Bali yang menurut budayawan Soedjatmoko, tiada duanya dalam hal kualitas.

Sebut saja para maestro lukis Indonesia. Dari pelukis besar Affandi, Basuki Abdullah, Sudjojono, Hendra Gunawan, Trubus, Dullah, Rustamadji, Otto Jaya, Nyoman Lempad, Rudolph Bonnet, Soenarto Pr, Muchtar Apin, sampai kartika Affandi, Djajeng Asmoro..... ada dalam koleksi lukisan Kompas.

"Semuanya itu hasil perburuan pak Ojong...," kata Ipong Purnomosidi, seorang pelukis yang juga pernah menjadi kurator di Bentara Budaya Jakarta, galeri seni pentas dan budaya milik surat kabar terbesar di Indonesia ini. 

Pak Ojong yang dimaksud Ipong, adalah PK Ojong atau Petrus Kanisius Ojong salah satu pendiri surat kabar Kompas, di samping Jakob Oetama. Kalau saja masih hidup (meninggal 31 Mei 1980), PK Ojong alias Auwyong Peng Koen hari ini (25/7) genap berusia 100 tahun.

"Budayawan Soedjatmoko pernah mengatakan pada pak Jakob Oetama, koleksi lukisan Bali milik Kompas ini tingkatnya adalah lukisan-lukisan para master yang tiada duanya, dari Nyoman Lempad, Anak Agung Gde Sobrat, Ketut Kobot.... Dan master-master lainnya," ungkap Ipong Purnomosidi pula. 

Master-master Bali yang lukisannya dimiliki Kompas, menurut Ika pengurus Bentara Budaya Jakarta (BBJ), antara lain adalah Ketut Regig, Nyoman Mandera, Ketut Gelgel, I Made Poleng, Ketut Nama, Made Gatera, Made Subalon, Wayan Turun, Wayan Djuldjul, Anak Agung Gede Raka, Anak Agung Raka Puja, Sutjiarmi, Nyoman Kasta, Made Wianta, Made Dedok....

Jumlah seluruh lukisan milik Kompas, menurut Ika, seluruhnya mencapai 635 buah. Disimpan dengan baik, bersama koleksi-koleksi seni hasil buruan Ojong dan keur masternya, GM Sudarta (alm) karikaturis Kompas, di sebuah ruang bawah tanah bertemperatur dingin di Bentara Jakarta.

Ojong mempunyai cara sendiri dalam hal membeli koleksi-koleksinya, yang kemudian menjadi koleksi milik harian Kompas. Tidak cukup beli, habis perkara. "Akan tetapi juga dengan memberi bantuan alat lukis pada pelukis-pelukisnya...," tutur Ipong Purnomosidi.

Bahkan monumen megah, Gedung Bentara Budaya Jakarta di Palmerah yang berupa rumah tradisional cagar budaya, Rumah penuh ukiran halus gaya Kudus Jawa Tengah yang bahkan sudah tiada sebagus itu di tempat asalnya, juga hasil perburuan Ojong serta kuratornya alm GM Sudarta.

"Saya sengaja mendatangkan orang-orang dari Kudus untuk membersihkannya setahun sekali Rumah Kudus itu, dengan cara mereka," tutur GM Sudarta pada saya, ketika Oom Pasikom ini masih hidup. 

Dan setiap tahun, Rumah Kayu yang berukir indah milik Kompas itu dibersihkan pakai kuas, dengan cairan tembakau, agar kayu jati kuno serta ukiran halus khas Kudus itu tetap bersinar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline