Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

100 Tahun PK Ojong: Menyingkap Jiwa Seni Pendiri Kompas

25 Juli 2020   14:52 Diperbarui: 25 Juli 2020   18:51 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentara Budaya Jakarta dengan latar belakang gedung Menara Kompas, tempat PK Ojong menyimpan koleksi lukisan milik Kompas.(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Rumah tradisional Kudus ini, awalnya dulu dibangun oleh keluarga Haji Ridwan Noor pada awal abad ke-20 dan sempat didiami selama tiga generasi oleh segenap ahli warisnya, tak jauh dari Mesjid terkenal di Kudus Kulon. 

Dan sekitar 46 keluarga pewarisnya telah menghibahkan kepada Kompas pada tahun 80-an untuk memugarnya, dan membawa rumah indah tersebut dengan truk-truk kontainer. Dibedah satu-satu, dan kemudian dirakit di Palmerah oleh para ahli warisnya.

Adapun lukisan-lukisan para maestro ini pernah dipamerkan Kompas saat memperingati Hari Ulang Tahun surat kabar ini yang ke-10 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat dari 25 Juni-30 Juni 1975. 

Lebih dari 100 lukisan milik Kompas waktu itu digelar di Galeri Cipta Taman Ismail Marzuki, bersama 250 Foto Terbaik Kompas pilihan fotografer top Kompas, Kartono Ryadi.

Belum genap sebulan waktu itu, saya diangkat menjadi wartawan Kompas pada 1975. Teman-teman senior memelonco saya untuk mewawancara Pak Ojong, inisiator pameran seni di TIM tersebut.

"Ini adalah salah satu upaya Kompas agar lebih banyak memberi informasi (tentang seni) kepada masyarakat," kata PK Ojong waktu itu. Tidak lupa, ketika usai saya wawancara dia bertanya: "Saudara dari mana?" Saya bilang, dari Kompas. PK Ojong senyum kecut, belum kenal saya anak baru, dikira wartawan dari media lain.

Meski demikian, pameran yang dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri SH waktu itu, menarik minat banyak undangan selebritas politik. Tidak kurang dari mantan diplomat era awal kemerdekaan seperti Moh Roem (tokoh perundingan Indonesia dan Belanda, Roem Royen), Prof Soenarjo, ataupun sastrawan terkenal Sutan Takdir Alisjahbana dari era Pujangga Baru, pun hadir dalam pameran tersebut.

Jiwa seni yang mula dibawa PK Ojong itu pun, juga tercermin di wajah surat kabarnya. Sejak awal, selain dikenal sebagai koran politik, internasional dan ekonomi, olahraga. Berkat selera seni Ojong, maka Kompas juga kuat dalam liputan-liputan budayanya pada awal 70-an.

*) Jimmy S Harianto, wartawan Kompas 1975-2012, tinggal di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun