Lihat ke Halaman Asli

Jimmy Haryanto

TERVERIFIKASI

Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pelajaran dari Bocah Cantika yang Meninggal Tertabrak Mobil

Diperbarui: 23 April 2018   10:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: megapolitan.kompas.com

Berita hari Senin ini (23 April 2018) sangat menyedihkan. Salah satu putri negeri, bagian dari 261 juta jiwa penduduk Indonesia, meninggal dunia. Bocah Cantika yang masih berusia empat tahun ditabrak mobil mobil Toyota Fortuner di Pulogadung, Jakarta Timur.

Reaksi pertama yang banyak muncul di media menghadapi kasus itu yakni polisi akan mempertanyakan sikap orang tua Cantika yang membiarkan anak itu menyeberang sendirian. Walaupun itu sikap polisi yang baik dan perlu dihargai, namun sebenarnya ada yang lebih penting dari itu yakni kenapa kejadian itu bisa terjadi.

Pertama, masyarakat kita belum memiliki kesadaran tinggi untuk menghargai orang lain. Kalau sudah memiliki sikap seperti itu setiap pengguna kendaraan bermotor akan menganggap menabrak orang lain merupakan kejahatan yang sangat berat dan tidak boleh dilakukan dalam keadaan apapun . Semoga penabrak Cantika ini dijatuhi hukuman seberat-beratnya untuk menimbulkan efek jera atau kehati-hatian bagi setiap pengguna kendaraan bermotor di negeri ini.

Kedua perlunya pembenahan pendidikan kita. Pendidikan sangat penting untuk mengajar orang agar menghargai orang lain. Jika orang tidak diajari untuk menghargai orang lain, maka kecelakaan di jalanpun akan lebih tinggi.

Sekolah perlu mengajarkan semua peserta didik agar mengerti menjalani hidup ini. Misalnya seperti di negara-negara maju, anak-anak sekolah sudah diajari sedini mungkin bagaimana cara menyeberang di jalan raya agar aman. Misalnya karena tubuh anak-anak masih kecil, maka mereka diajari untuk menyeberang di tempat penyeberangan (zebra cross) dengan menaikkan lengan ke atas sehingga lebih mudah dilihat para pengendara. Itu bisa diajarkan di setiap tingkatan sekolah mulai dari sekolah bermain (play group).

Kemudian sekolah juga bisa menolong peserta didik pergi ke stasiun agar bisa menggunakan kendaraan umum dan kereta api. Kemudian dibawa oleh gurunya ke bandara agar mengerti bagaimana bersikap baik di bandara dan naik pesawat. Selama ini sekolah atau lembaga pendidikan kita hanya fokus pada mata pelajaran, sehingga ketika lulus sarjanapun dianggap tidak siap pakai.

Seharusnya lembaga pendidikan itu dimaksudkan untuk menolong orang agar tahu menjalani hidup ini: bagaimana hidup baik dengan bekerja, menghormati orang lain, mengetahui menggunakan fasilitas umum dan sosial seperti naik sepeda, motor, kendaraan umum, kereta api, pesawat, memilih maknan dan minuman yang sehat dan berguna, bagaimana berpakaian yang baik, dan lain-lain.

Seandanya pendidikan kita dapat dibenahi kiranya kasus bocah Cantika ini tidak perlu terulang lagi di negeri ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline