Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Menulisi Airmata

Diperbarui: 25 Juli 2017   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suara-suara menghela pinggiran kota
menakar malam dalam sekelebatan
waktu baginya hanyalah katalis
demi tenggelamnya serangkai angka
sebab perjalanan serupa debu-debu trotoar
menderu ditelan riuh kendaraan
hilang dan sekejap kembali pulang

Kita adalah orang-orang dari cerobong pabrik
setia menyusun nasib dari tetes-tetes keringat
melumer denyar kota pada lelap yang sekejap
dan berjejal rumah-rumah petak
karib menulisi airmata

Setelah mimpi terus menjadi mimpi
maka letakkan jeda bagi luka-luka
lalu petakan skenario pada jalan berikutnya


Imaji-Sungai Putih, Ultimo Oktober 2016




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline