Lihat ke Halaman Asli

JBS_surbakti

Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Keikhlasan Tiga Srikandi

Diperbarui: 6 April 2021   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lina, Ani dan Rika (Dok. JBS)

Kisah Tiga Wanita Pencuci Botol, Penjual Jagung Bakar, dan Penjual Manisan 

Pagi-pagi benar Ani telah bangun dengan lampu temploknya di tengah kegelapan subuh akibat listrik yang padam semalaman. Bergegas ke sumur untuk merendam baju cuciannya. Sebelumnya dia juga sudah memasak nasi dengan periuk hitamnya serta telah menunggu pula ikan asin yang hendak dia goreng buat sarapan keluarga. 

Sebagai seorang kakak tertua dari tujuh bersaudara, Ani wajib meninggalkan tempat tidurnya yang berbagi tiga di kasur yang sama dengan adik-adik perempuannya Rika, dan Lina. Demikianlah ketiga anak dara ini bersama dengan empat saudara laki-lakinya yang lain tinggal bersama dengan ayah dan ibu mereka di sebuah rumah asrama tentara.

Di era itu tepatnya tahun '80an kehidupan keluarga tentara yang dikenal sebagai ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) terbilang sangat sederhana. 

Apalagi ayah Ani hanyalah seorang prajurit yang kala itu sehabis pulang berjuang dari Kalimantan menderita penyakit yang cukup parah sehingga lebih sering terbaring di kamar karena menderita gangguan paru. Sedangkan pekerjaan rata-rata isteri para prajurit kala itu juga adalah ikut suami atau sebagai Ibu Rumah Tangga termasuk ibunya.

Ani, Rika dan Lina termasuk tahu betul kondisi yang mereka hadapi terhadap kondisi keuangan orang tua mereka.

Pasca menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di sebuah sekolah swasta ternama di kota Medan, harapan Ani untuk melanjutkan ke universitas menjadi pupus saat ayahnya memintanya untuk mencari pekerjaan dan membantu keuangan termasuk buat pendidikan adik laki-lakinya. 

"Nakku Ani, tolonglah mengalah buat adik-adikmu karena Bapak yakin adik-adikmu pasti akan membantumu kelak", demikian ucapan dari sang ayah kepadanya meski dengan napas yang tersengal menahan sakit. 

Sebuah nasehat kepada Ani yang juga didengar oleh keenam adik-adiknya di hadapan ayah dan ibunya. Tidak banyak pilihan buat Ani kecuali antara menerima nasehat atau memaksakan egonya sebagai kakak tertua. Namun dengan lapang dada dia menerima keadaan itu tanpa syarat dengan mengamini perkataan ayahnya sebagai doa.

Ani Si Pencuci Botol 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline