Lihat ke Halaman Asli

Javvad 13

mahasiswa sastra ingrris

DKKM Kabupaten Malang Susun Modul Ludruk untuk Lestarikan Budaya Tradisional

Diperbarui: 26 Agustus 2025   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Kegiatan Seminar Modul Ludruk (Sumber: Arsip DKKM)

KABUPATEN MALANG - Dewan Kesenian Kabupaten Malang (DKKM) bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang menggelar kegiatan "Penyusunan Modul Ludruk" pada Selasa, 12 Agustus 2025, bertempat di Cahaya Desa Resto dan Coffeshop, Jalan Diponegoro 37, Desa Girimoyo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.

 Kegiatan yang melibatkan 35 peserta ini merupakan upaya konkret untuk menyelamatkan tradisi ludruk sebagai warisan budaya Jawa Timur yang semakin terancam punah. Peserta terdiri dari penggerak pelestari tradisi, narasumber, pengurus DKKM, petugas Disparbud, praktisi seni, serta guru-guru yang fokus pada mata pelajaran Seni dan Budaya dari jenjang SD, SMP, dan SMA. 

Foto Kegiatan Seminar Modul Ludruk (Sumber: Arsip DKKM)

"Tradisi Ludruk ini merupakan salah satu tradisi budaya khas Malang, oleh karena itu penyusunan Modul ini adalah sebuah langkah penting untuk melestarikan budaya terutama bagi generasi muda saat ini," ujar Cak Marsam, salah seorang tokoh budaya yang hadir dalam kegiatan tersebut 

Ludruk sebagai seni pertunjukan rakyat yang memadukan unsur drama, musik, tari, dan komedi, tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga sebagai media pendidikan moral dan sosial yang efektif bagi masyarakat. Keunikan ludruk terletak pada kemampuannya menyampaikan kritik sosial dengan cara yang menghibur dan mudah dipahami oleh semua kalangan. 

Prof. Robby, Guru Besar bidang Tari di Universitas Negeri Malang yang turut menjadi narasumber, menjelaskan bahwa tradisi ludruk wajib diawali dengan Tari Remo yang mana setiap gerakannya memiliki makna filosofis tertentu. Hal ini menunjukkan kekayaan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam pertunjukan ludruk. 

Namun, seiring perkembangan zaman dan masuknya budaya modern, eksistensi ludruk menghadapi tantangan serius. Generasi muda saat ini lebih tertarik pada hiburan modern seperti film, musik pop, dan media digital yang lebih mudah diakses. Minat untuk mempelajari dan melestarikan seni ludruk semakin menurun di kalangan pemuda. 

Para maestro dan pelestari ludruk yang telah berpengalaman puluhan tahun mulai merasakan kekhawatiran akan masa depan seni tradisional ini. Banyak teknik-teknik khusus dalam bermain ludruk yang hanya dapat diturunkan melalui pengalaman langsung dan latihan intensif mulai terancam punah. 

Kegiatan penyusunan modul ludruk ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk mempertemukan para pelestari, praktisi, dan generasi muda yang berminat. Melalui diskusi dan sharing pengalaman, diharapkan akan muncul strategi-strategi baru untuk mengembangkan ludruk sesuai dengan perkembangan zaman tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisionalnya.

Foto Kegiatan Seminar Modul Ludruk (Sumber: Arsip DKKM)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline