Lihat ke Halaman Asli

Kertaning Tyas

Pendiri Lingkar Sosial Indonesia

Pendaki Gunung Tak Cukup Hanya Mendaki Saja

Diperbarui: 5 April 2021   18:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Timsus Pendaki di Gunung Wedon / dokpri

Saya dari kelompok pendaki gunung, namanya Timsus Pendaki Difabel Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS). Jika dilihat dari namanya, Timsus Pendaki sudah pasti kami beranggotakan para difabel dan beberapa non difabel yang telah terlatih untuk mendampingi.  

Sedangkan LINKSOS merupakan organisasi difabel penggerak inklusi yang berada di Malang, untuk wilayah kerja di seluruh Indonesia. Organisasi ini memiliki Sekolah Alam Gunung Wedon, pusat pelatihan difabel mendaki gunung, yang kemudian setelah melalui seleksi, mereka yang lulus tergabung dalam Timsus Pendaki Difabel.

Melalui tulisan ini, saya Ken Kerta sebagai Pendiri Timsus Pendaki Difabel mengajak anggota saya untuk bergerak lebih bermakna dalam kegiatan mendaki gunung. Namun boleh juga coretan ini dibaca oleh oleh pendaki gunung pada umumnya.

Olahraga mendaki gunung merupakan titik balik bahwa untuk sampai di kaki gunung hingga puncak, atau melewati jalur pendakian yang ekstrim, bukan lagi soal difabel atau non difabel, melainkan tentang siap atau tidak siap baik secara fisik maupun mental.

Mendaki juga memuat soal keberanian menjawab segala kemungkinan yang tidak pasti akan terjadi apa, sehingga memerlukan persiapan matang meliputi pelatihan fisik, dan mental, perbekalan, serta kerjasama tim yang baik.

Setelah beberapa kali berlatih mendaki Sekolah Alam Gunung Wedon (660 mdpl) yaitu pusat pendidikan dan pelatihan difabel mendaki gunung yang kami dirikan. Dan juga setelah melampaui beberapa bukit dan gunung lainnya, yaitu perbukitan Srigading (825 mdpl), Gunung Banyak (1.315 mdpl), Gunung Butak (2.868) mdpl, serta Gunung Kawi (2.603) mdpl.

Rasanya pembuktian titik balik ini sudah cukup, sebab faktanya memang tidak semua orang, non difabel sekalipun mampu mendaki gunung. Bahkan kawan-kawan yang pernah mengalami kusta pun, juga orang dengan ganguan jiwa, yang selama ini hidup dalam kuatnya pasungan stigma sosial, juga bergabung dalam tim ini. Demikian juga kawan tuli, disabilitas netra, fisik dan intelektual.

Lantas yang saya tanyakan sebagai pembina kepada anggota Timsus Pendaki Difabel adalah apa kontribusimu terhadap Gunung?

Kami pun berembug, hasilnya mulai tahun 2021 Timsus Pendaki Difabel Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) akan kembali ke gunung-gunung yang telah dilewati, untuk menghijaukan kembali bagian-bagian yang gundul. Kami juga berencana memperbaiki plang-plang petunjuk arah, sebab kami sudah merasakan bagaimana rasanya tersesat. Memasang plang-plang edukasi untuk perawatan gunung, pemeliharaan situs bersejarah, serta perlindungan tumbuhan dan satwa liar.

Proyek rintisan pertama kali dan tengah berjalan saat ini adalah perawatan Gunung Wedon di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Selain bersumber biaya swadaya masyarakat, juga bekerjasama dengan Perhutani, Pemerintah Desa setempat, perguruan tinggi, serta kelompok masyarakat dan media massa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline