Lihat ke Halaman Asli

Hujan

Diperbarui: 26 Oktober 2021   07:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan sengaja aku mengelap jendela. Memandang bulir-bulir air hujan yang berkumpul membentuk ribuan pasukan. Aku hendak berpikir. Bagaimana rasanya menjadi hujan? Jatuh dari langit pada saat tertentu, entah menjadi kenangan atau lalu begitu saja.

'Aku nggak menyangka kita berjumpa lagi seperti ini.' Kata Riko, tenang.

Aku hanya tersenyum miring, 'Iya.'

Pada sudut ruangan itu, Riko dan aku berdiri canggung berhadapan. Tatapan kami saling sembunyi-sembunyi. Entah takdir atau sekedar tidak sengaja kami bertemu di Toko Buku Storia itu.

Aku dan Riko yang paling tahu cerita tentang toko buku ini. Dan aku yakin Riko masih ingat betul ceritanya, sama seperti aku.

Lima tahun lalu, di tempat ini. Aku berjumpa dengan Riko. Perjumpaan itu singkat. Riko tanpa sengaja menabrakku dan tatapan kami bertemu. Tatapan itu mengakrabkan kami, menghasilkan ribuan dialog yang berubah menjadi fenomena yang manusia bilang, jatuh cinta.

'Kayak di film-film ya.' Ungkap Riko, saat itu.

'Apa?' tanyaku, bingung.

'Pertemuan kita.' Jawabnya.

Aku tersenyum mendengarnya. Memang benar. Aku menceritakan pada sahabat-sahabatku bagaimana aku dan Riko bertemu, dan mereka setuju. Mereka setuju pertemuan kami bagai film komedi romantis Hollywood yang berakhir happy ending. Tapi tidak dengan kisahku. Ini bukan film. Dan cerita kami tidak berakhir bahagia.

'Gimana, kabarnya?' Tanya Riko.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline