Agus Noor, sastrawan sekaligus penulis cerpen kembali mengocok perut dan membuat perasaan getir pembacanya melalui kumpulan cerpen terbarunya, Lelucon Para Koruptor. Ada dua belas cerpen di buku ini dan tema korupsi menjadi yang paling besar porsinya. Judul buku Lelucon Para Koruptor diambil dari salah satu cerita di buku ini.
Melalui kumpulan cerpen ini, Agus Noor ingin mengajak para pembaca melihat realitas getir dan asem di negara tercinta Indonesia melalui cerita yang ditulis satire ini. Cerita-cerita yang disuguhkan penulis sangat relevan dan reflektif dengan realitas dunia perkorupsian di Indonesia.
Berbicara soal kasus korupsi, pada Selasa (24/4/2018), mantan Ketua DPR RI yang juga mantan Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto (Setnov), akhirnya divonis bersalah dalam kasus korupsi proyek pengadaan KTP elektronik. Setnov dihukum 15 tahun penjara dan denda Rp500 juta subsider tiga bulan kurungan.
Kasus mega korupsi yang dilakukan petinggi DPR RI ini menarik untuk diikuti. Apalagi saat KPK memburu dan menyeret Setnov ke meja hijau. Publik disuguhi drama yang sangat panjang dan menegangkan. Publik dibuat terbahak-bahak dalam proses hukum yang dilalui politikus yang terkenal licin ini. Berkali-kali Setnov mangkir dan bersandiwara saat dipanggil penegak hukum. Salah satu drama yang mencuat dan konyol yaitu saat Setnov mengalami kecelakaan lalu lintas dengan menabrak tiang listrik dan mengakibatkan ada luka benjol sebesar bakpao di dahinya.
Bukannya mendapat simpati dari masyarakat, justru pernyataan yang keluar dari mulut pengacaranya, Fredrich Yunadi, itu jadi bahan ledekan berpekan-pekan. Meme-meme dan satire mengenai bakpao Setnov banyak tersebar di media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Berbagai komentar dari warganet di jagad dunia maya pun sebagian besar bersepakat itu hanya drama dan dagelan yang dilakukan Setnov. Rakyat sudah tidak bisa dibodohi dengan drama murahan seperti itu lagi!!!
Saya tidak bisa membayangkan kala Setnov masuk penjara dan berkumpul dengan para terpidana kasus korupsi lain seperti dalam cerita Lelucon Para Koruptor, (hlm. 120). Saat Setnov ikut pertemuan rutin dan diharuskan membuat sebuah lelucon paling lucu. Tentunya ia memiliki segudang lelucon yang bisa ditertawakan bersama napi korupsi lainnya.
Agus Noor menceritakan ada napi kasus korupsi baru bernama Otok kemudian bertemu dengan napi kasus sejenis bernama Pak Hakil, Bang Handi, Pak Frans, Pak Altris Kabar, Mas Unas, dan Sarusi. Di penjara, mereka menggelar pertemuan rutin. Setiap yang hadir di pertemuan itu harus menyampaikan satu lelucon. Kadar kelucuan di forum ini akan menentukan martabat selama sepekan hingga pertemuan berikutnya.
"Ada pesawat Boeing 747 mengangkut 560 Anggota DPR, 8 Pimpinan DPR, 5 sekretaris DPR, 12 Ketua Fraksi DPR. Saat melintasi gunung, pesawat itu jatuh dan meledak. Menurut kalian, siapa yang akan selamat? Mendengar itu, murid-murid serempak menjawab: yang selamat 230 juta rakyat Indonesia..." itu salah satu lelucon yang disampaikan di balik jeruji penjara.
Melalui cerita-cerita ini, Agus Noor melakukan kritik atas realitas terhadap fenomena maraknya pejabat negara yang terciduk gara-gara kasus korupsi. Kritikan melalui cerita ini jatuhnya justru lebih mengena dan jauh dari kesan nyinyir yang terkadang menyebalkan.
Seperti dalam kisah berjudul Koruptor Kita Tercinta. Ia mengisahkan sosok yang absurd sebagai tokoh utama dalam cerita itu. Seorang pejabat yang selama ini dikenal sebagai tokoh santun dan dikagumi suatu ketika skandal korupsinya terbongkar. Gelombang demonstrasi pun mengalir deras. Tapi sosok ini menanggapinya dengan santun dan berkelas. Berbeda dengan pejabat kebanyakan yang saat tertangkap mengelak dan tidak mengakui perbuatannya. Justru sosok ini mengakui seluruh perbuatan korupsinya dan mengajak masyarakat membenci perbuatan korupsi yang seperti dilakukannya.
Di cerita bagian ketiga ini, pembaca akan dibuat senyum kecut melalui sosok yang ditampilkan Agus Noor itu. Pejabat terhormat itu bilang: "Koruptor itu aset negara yang harus dikelola dengan baik dan bijak. Kalau tidak, negara ini akan lumpuh karena semua aparat dan pejabatnya masuk penjara." (hlm. 73)