Lihat ke Halaman Asli

Jagat Alit

Konten Kreator

Mencakung Aku di Jembatan Itu

Diperbarui: 14 Oktober 2019   16:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Membuang pandang sejauh mata melayang terbang

melihat beberapa titik hitam berbondong terbang melambung ke Utara

mungkinkah musim berderap akan berganti?

Atau di sana lah tempat buaian embun dan tarian hujan yang membasahi seluas hidup

Aku hanya geming mencakung di jembatan yang memisahkan hilir dan hulu bersatu dalam muara yang membebas ke laut lepas

Menikmati deru roda-roda yang menjejaki jalanan aspal

Menyesapi deru mesin tempel yang membawa perahu bersiap pergi ke laut mengarungi malam yang berhias gemintang sebentar lagi

Dari tempatku mencakung, mentari bulat raksasa dengan warna kesumba begitu perkasa menjadi pusat segala tatap mata

Langit pun mulai memburam warnanya karena tirai malam perlahan luruh digelar menyerap warna jingga yang mulai menggulita

Sementara sepanjang kali Kanal ini, satu demi satu lampu telah dipancangkan karena gelap datang menyergap

Aku masih enggan pergi, karena di tempatku mencakung ini, begitu banyak kenangan yang pernah tercipta dan sulit untuk dilupakan!

Ingat Kampung Halaman

Jepara, menjelang Magrib




JAGAT ALIT




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline