Lihat ke Halaman Asli

izzatul isma

membaca adalah melawan,menulis adalah implementasi dari bacaan

Kompleksitas Petani dan Pasar

Diperbarui: 23 Maret 2020   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian sangat luas dimana rubuan hektar persawahan,perkebunan ada di indonesia, sehingga pemanfaatan dan pengoptimalan terhadap pertanian seharusnya bisa dilakukan oleh pihak pemerintah. 

Namun, sebaliknya pertanian selalu menjadi permasalahan setiap tahunnya akibat ketidakberjalannya sistem pertanian yang optimal. 

Kesejahteraan seharusnya bisa diberikan oleh pemerintah terhadap para petani indonesia,sebab tingkat kesuburan maupun bentuk lahan yang sangat memadai bahkan seharusnya dari pertanian pula tingkat pertumbuhan ekonomi bisa dinaikkan. 

Dari berbagai permasalahan yang sering muncul dari permasalahan tersebut lebih sering bertendensi terhadap sulitnya petani untuk berproduksi dari sulit dan mahalnya pupuk, bibit, hingga obat untuk pemberantas hama tanaman hingga penguasaan oligarki yang paling parah. Padahal petani itu sendiri merupakan penanggung kebutuhan  kita sehari-hari dari sandang, pangan, dan papan kebanyakan produksi bahan baku pertama dari petani.

Dari beberapa analisis yang saya lakukan di pasar buah,tingkat kompleksitas di pasar tersebut sangat tinggi.seperti,pasar buah tidak akan bisa melakukan penjualan tanpa adanya peran petani yang menyuplai barang yanga akan mereka jual namun pendiskriminasian terhadap harga sering dilakukan oleh para pedangang tersebut. 

Pengalaman saya ketika berbincang dengan petani asal subang yaitu  Dari mulai pembayaran tempo yang tidak sesuai dengan kesepakatan hingga diskriminasi harga melalui pembicaraan ala bahasa politisi. 

Hal yang paling saya ingat disaat berbincang-bincang dengan para petani daerah Subang tersebut adalah "Petani itu cuma butuh duit mas sebenarnya,yang penting besok bisa makan itu saja" ucap pak petani. 

Kalimat yang sederhana tapi berisi sebuah satire bagi saya maupun para pengobral ucapan tersebut. Ketika dilihat lebih dalam, sebenarnya permasalahan tersebut adalah minimnya masyarakat petani dalam soal market place. Sehingga mau tidak mau para petani hanya mengandalkan para pengepul-pengepul tadi untuk membeli hasil mereka. 

Padahal negara seharusnya memberikan perhatian khusus guna membukakan jalan dalam permasalahan yang dialami tersebut,sehingga petani-petani tidak terus-menerus mengandalkan para tengkulak semata. 

Padahal petani sendiri pemilik alat produksi,pemilik bahan produksi, serta pemilik hasil produksi dimana seharusnya bisa memiliki kehidupan yang sangat layak dan sejahtera. Akan tetapi mengapa para petani indonesia justru sering ditindas dan dimainkan oleh para penjilat-penjilat untuk kepentingan mereka sendiri ?

Selain itu keheranan saya ketika saya mengunjungi Pasar Induk Cibitung yang ada di Bekasi. Beberapa ormas yang ada di daerah tersebut selalu terlibat di pasar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline