Lihat ke Halaman Asli

Isson Khairul

TERVERIFIKASI

Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Sains Sejak Dini, Studi Matematika dengan Tempe dan Apem di Pinggir Kali

Diperbarui: 13 September 2015   20:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo mengayomi siswa Sekolah Dasar yang menjadi finalis Kalbe Junior Scientist Award 2015 di Istana Negara, Jakarta, pada Rabu (9/9/2015). Mereka adalah bagian dari tunas-tunas bangsa, yang diharapkan kelak menguasai sains dan teknologi. Bagaimanapun juga, penguasaan sains dan teknologi, merupakan pilar penting untuk membawa negeri yang kita cintai ini menuju ke arah kemajuan. Foto: print.kompas.com  

Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)

Presiden Joko Widodo bersuka-cita dengan para siswa Sekolah Dasar, yang menjadi finalis Kalbe Junior Scientist Award 2015[1]. Di Istana Negara, Jakarta, pada Rabu (9/9/2015) itu, Presiden berpesan, agar mereka terus belajar dan menjadi generasi yang menguasai teknologi.

Itu sesungguhnya juga pesan untuk kita, agar senantiasa memberi pemahaman tentang sains dan teknologi kepada anak-anak kita. Itu bukan hanya tugas para guru di sekolah, tapi juga menjadi bagian dari amanah orangtua di luar sekolah. Bukankah kini keseharian kita tidak pernah lepas dari sains dan teknologi? Kita sebagai orangtua adalah contoh yang paling dekat dengan mereka. Aktivitas keseharian kita bersama anak-anak adalah laboratorium, yang memungkinkan mereka memahami sains dan teknologi sambil bermain, dalam suasana yang menyenangkan.

Contoh dari Farah dan Aurora

Farah Dennisa Imarini dan Aurora Btari Maharani, adalah dua siswi SD Negeri Kranggan 1, Mojokerto, Jawa Timur. Mereka adalah salah satu pemenang Kalbe Junior Scientist Award 2015[2]. Mereka menunjukkan contoh yang menarik kepada kita, bagaimana anak-anak seusia mereka berpikir dalam merespon lingkungan. Suatu hari, mereka diajak guru jalan-jalan ke tempat pengrajin telur asin. Mereka diberi keleluasaan untuk melihat serta bertanya kepada para pekerja di tempat pembuatan telur asin tersebut.

Setelah melihat serangkaian tahapan pembuatan telur asin, ada satu tahap proses yang menarik perhatian mereka, yakni ketika para pekerja sibuk mencuci telur. Mereka memperhatikannya dengan seksama, sementara pikiran dan perasaan mereka mencoba memahami tahapan tersebut. Mereka sampai pada kesimpulan sementara: alangkah lamanya proses mencuci telur itu. Apalagi setelah melihat onggokan telur yang demikian banyak, yang harus dicuci oleh para pekerja.

Dari situlah muncul ide melalui sejumlah pertanyaan: bisakah proses mencuci telur itu dipercepat? Kalau bisa, bagaimana caranya? Alat bantu seperti apa yang dibutuhkan untuk mempercepat proses itu? Farah Dennisa Imarini dan Aurora Btari Maharani merumuskan ide tersebut. Mereka kemudian mengutak-atik berbagai kemungkinan. Akhirnya, kedua siswi Sekolah Dasar itu sepakat untuk membuat alat pencuci telur dengan bantuan tenaga listrik. Tidak langsung jadi, memang. Tahap uji-coba mereka lakukan berulang-ulang.

Berkat ketekunan dan kesungguhan, alat pencuci telur itu berhasil mereka ciptakan. Hasilnya sungguh mencengangkan. Dengan alat ciptaan dua murid SD itu, waktu untuk mencuci 500 butir telur, yang selama ini menghabiskan 5 jam kerja, kini cukup dengan 1 jam kerja saja. Berkat alat pencuci telur itu, mereka menjadi salah satu pemenang Kalbe Junior Scientist Award 2015. Ciptaan mereka memang belum sempurna. Tapi, ide serta gagasan dua murid SD itu, menunjukkan kepada kita bahwa mereka memahami pentingnya sains dan teknologi.

Tahun 2015 adalah tahun kelima diadakannya Kalbe Junior Scientist Award, lomba sains nasional tingkat Sekolah Dasar. Total peserta 811, berasal dari 237 sekolah di 22 provinsi di Indonesia. Ada 18 finalis yang terpilih, berdasarkan kriteria ide dan kreativitas karya sains, dalam memecahkan problem yang dihadapi anak-anak di lingkungan mereka. Dewan juri terdiri dari para pakar pendidikan dan penelitian, yang kompeten di bidangnya. Foto: kalbescienceawards.com

Contoh dari Keleluasaan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline