Lihat ke Halaman Asli

Isriyati

Pembaca dan penulis

Dan Tangisnya pun Pecah...

Diperbarui: 29 Mei 2020   00:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari Raya Idulfitri 1 Syawal 1441 H.

Saat itu, suasana masih terlalu pagi. Masih sunyi, sepi, dan gelap, bahkan ayam jantan yang biasanya menunjukkan eksistensinya berkokok sebagai pertanda fajar telah datang pun belum terdengar, yang terdengar sayup-sayup suara takbir. Begitu kulihat jam dinding, rupa-rupanya masih pukul tiga dini hari. Ah, waktu biasanya aku bangun sahur.

Aku lantas beranjak, mulai berbenah dan bersiap menyambut hari kemenangan. Tak terasa waktu bergulir cepat, ketika masih awal Ramadan ku kira bakal berjalan lambat dan pelan, tahu-tahu sudah di akhir Ramadan.

Aku sudah selesai dengan urusan persiapan menyambut Idulfitri. Yah, karena harus #DiRumahAja dan aku pun patuh untuk #TidakMudik, aku memasak makanan yang tidak terlalu bervariasi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya karena aku akan melakukan #SilaturahmiVirtual nanti selepas salat Id.

Adzan subuh berkumandang. Aku yang sedari tadi melafalkan takbir langsung mengambill air wudu dan bersiap salat Subuh. Lantas aku pun bersiap pula untuk salat Id.

Dimana aku akan salat? Memang anjuran pemerintah untuk #SalatIdDiRumah, namun kesepakatan warga ditempat kami memutuskan untuk tetap menyelenggarakan salat Id dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Tidak jauh lokasi salatnya, karena butuh tempat lapang untuk menampung warga sekitar, dan itu lokasinya ada di samping rumah. Beruntungnya aku, dekat dengan tempat salat, jadi tidak terlalu terburu-buru seperti tahun-tahun sebelumnya yang harus datang pagi-pagi karena lokasinya cukup jauh.

Aku bersiap. Lalu berjalan ke lokasi dan aku memilih tempat untuk melaksanakan salat. Aku duduk sambil menunggu waktu pelaksanaan tiba sambil terus melafalkan takbir.

Aku memandang sekitar. Rasanya getir. Melihat para jamaah yang hadir memakai masker dan berjarak.

Ah, sudah masuk waktu salat. Semua jamaah lantas berdiri dan merapikan barisannya agar tetap lurus meski dalam jarak satu sampai satu setengah meter. Begitu sudah rapi, salat pun dimulai.

Tanpa melepas masker. Salat. Dua rakaat. Ayatnya yang digunakan tidak panjang, juga tidak pendek. Lalu salam. Dan terdiam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline