Lihat ke Halaman Asli

Ismi Faizah

Menulis adalah proses menyembuhkan hati sedang membaca adalah proses membuka mata pikiran dan rasa

Remaja dan Goda

Diperbarui: 16 September 2021   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku takut senasib dengan merpati yang kulihat sore ini. Dilepas pelan-pelan."

Gadis itu terjaga, tengah malam namun netra sekelam malam tersebut tak juga bersembunyi dibalik kelopak seputih salju.
Ia menguap, tubuhnya lelah. Tidak dengan hati dan pikirannya yang berkelana.

Mengapa Tuhan menciptakan wanita dengan perasaan yang lebih mendominasi. Dia tiada henti merasakan. Mengapa adalah pertanyaan terbesar yang selalu datang disetiap malam panjang yang ia habiskan dengan merenung. Saat fisik ingin rebah namun pikiran berkhianat. Tertekan. Sungguh!

Namun ia dituntut untuk kuat bukan hanya untuk dirinya tetapi juga sepasang makhluk yang bergelung nyaman di perut. Waktu berjalan maju bukan mundur, suatu saat tentu ia tak dapat lari dari pertanyaan orang-orang sekitar. Dia akan hancur, sedang si manis yang membuai dalam janji palsu tertawa lepas diatas kebisuannya. 

Kini tidak ada lagi tempat yang bisa menawarkan kedamaian selain satu pilihan.

Pergi!

Gadis berparas manis itu menenggelamkan wajah juga tubuhnya. Tak beranjak sedikitpun kendati hampir kehabisan nafas.
Biarkan! Menghilang dari dunia ini adalah cara terbaik untuk tak menanggung malu yang lebih besar.

Hingga saat diujung tanduk penantian paling ia harapkan, kesakitan yang sebentar lagi tak akan ia rasakan, kematian yang hampir tiba! 

Byurr....!!!
Bangun!!! Anak gadis tidur sore-sore! Pamali!!
Basah! Karena siraman emak!
Ya Tuhan jadi ia bermimpi? Terasa nyata!

****

Pagi yang menyebalkan! 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline