Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Berita Televisi yang Seragam, Berlama-lama dan Diulang-ulang

Diperbarui: 11 Januari 2021   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. Kompas TV via tribunnews.com

Sebagai generasi yang tidak bisa dibilang muda lagi, saya terlanjur menyukai dan merasa masih membutuhkan berita yang disiarkan oleh beberapa stasiun televisi nasional. Cukup banyak saya mengalokasikan waktu secara rutin setiap hari, demi tidak ketinggalan berita.

Salah satu berita yang saya tunggu adalah perkembangan jumlah pasien Covid-19, terutama penambahan kasus baru secara harian, penambahan pasien yang berhasil disembuhkan, dan penambahan pasien yang tidak terselamatkan alias meninggal dunia. Kemudian, saya juga akan mencari data sebarannya di setiap provinsi.

Memang, jika karena alasan tetentu, saya berhalangan menonton televisi, saya akan mencari berita dari media daring. Tapi, yang terjadi pada Minggu (10/1/2021), saya tidak punya halangan apa-apa, karena saya cukup lama duduk manis di depan layar kaca.

Masalahnya, beberapa stasiun televisi yang memang dikenal sebagai televisi yang banyak menyiarkan berita, apa yang disajikannya nyaris seragam. Dan itu bukan tentang penanganan pandemi Covid-19, melainkan tentang musibah yang menimpa maskapai penerbangan Sriwijaya Air.

Tentu saja saya juga antusias mengikuti berita yang menyedihkan tersebut. Tapi, ketika berita itu nyaris seragam antar stasiun televisi, disajikan berlama-lama dan diulang-ulang, jujur saja, saya sedikit kecewa. Apalagi berita tentang Covid-19 terpaksa saya cari dari media daring, karena di layar kaca, beritanya tenggelam oleh berita Sriwijaya Air.

Laporan langsung dari perairan di sekitar titik jatuhnya pesawat, yang memperlihatkan aktivitas tim yang bertugas mencari korban dan pecahan badan pesawat, serentak dilakukan oleh beberapa stasiun televisi yang menurunkan reporter dan juru kameranya ke sana.

Demikian pula penjelasan langsung dari beberapa pejabat atau personil lain yang berwenang, ini juga nyaris seragam. Celakanya, berita dari rumah keluarga korban, yang saya harapkan bervariasi antar stasiun, mengingat jumlah korban yang relatif banyak, juga mirip-mirip saja.

Saya bisa memahami bila berita seputar kecelakaan pesawat dilakukan berlama-lama, kalau kontennya memang banyak, sehingga butuh waktu tayang yang panjang. Tapi, agak sulit saya pahami, bila berita yang sama diulang-ulang, dari sesi pagi, sesi siang, sesi sore, dan sesi malam. Unsur berita terbarunya bukannya tidak ada, tapi relatif tidak banyak.

Bila saya berpikiran positif, mungkin alasan pihak stasiun televisi untuk melayani pemirsa yang terbatas waktu menontonnya. Artinya, pemirsa yang menonton sore hari, diperkirakan belum sempat menonton pada pagi hari. Sebaliknya, yang menonton di pagi hari, tidak sempat menonton lagi di sore hari.

Namun, asumsi tersebut menjadi dipertanyakan, bukankah sejak negara kita dilanda pandemi, cukup banyak warga yang berdiam diri di rumah saja? Akibatnya, bukan hanya anak muda yang mulai tidak lagi melirik televisi, generasi yang di atasnya pun mulai bosan.

Apalagi kalau saya berpikir secara negatif, di mana saya menduga pihak televisi sengaja mengulang-ulang berita untuk alasan efisiensi. Ini berkaitan dengan kondisi persaingan televisi dengan media sosial yang bisa melakukan live streaming

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline