Lihat ke Halaman Asli

Iroh Asiroh

Mahasiswi Biologi UPI

Yuk Lestarikan Sebelum Kehilangan!

Diperbarui: 16 Desember 2020   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasil Kloning iSCNT Sumber : (Wani dkk, 2017)

Penulis : Iroh Asiroh, Sri Puji N., Yuti Meryani P.

Berdasarkan data dari World Conservation Union (IUCN), penurunan keanekaragaman hayati terjadi selama beberapa abad terakhir dengan 5.485 spesies terancam punah termasuk 180 spesies mamalia. Hal ini disebabkan oleh kemajuan peradaban dunia yang menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan.

Kemajuan dalam peradaban tidak semuanya berdampak buruk, salah satunya yaitu teknik bioteknologi dengan cara kloning melalui metode iSCNT atau transfer inti sel somatik yang di laporkan dapat digunakan untuk menyelamatkan dan melestarikan spesies mamalia liar yang terancam punah.

Di dalam biologi, kloning adalah proses untuk menghasilkan populasi individu yang identik secara genetik.  Di dalam alam proses ini terjadi ketika organisme seperti bakteri, insekta, atau tumbuhan bereproduksi secara aseksual.

Ternyata, kloning sendiri dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu kloning intraspesies dan interspesies dengan transfer inti sel somatik. Nah, kedua jenis kloning ini biasa disingkat dengan kloning iSCNT yaitu kloning Interspecies and Intraspecies Somatic Cell Nuclear Transfer.

Teknik iSCNT melibatkan rekonstruksi embrio dengan menggabungkan inti sel donor (karyoplast) yang berasal dari mamalia liar dengan oosit enukleasi (sitoplast) dari mamalia domestik.

Unta baktrian liar adalah mamalia besar kedelapan yang paling terancam punah di planet ini. Hewan ini  jumlahnya tinggal sekitar 600 di gurun Gobi dan 800 di gurun di Mongolia.

Upaya pelestarian malalui kloning iSCNT melibatkan 3 spesies yaitu : Unta Baktrian, Unta Dromedaris dan Llama. Adapun peran ketiga spesies tersebut adalah, unta dromedaris (Camelus dromedarius) sebagai penyedia oosit, unta Baktrian (Camelus bactrianus) dan Llama (Llama glama) sebagai pendonor sel fibroblast kulit yang menyediakan inti sel pengganti inti sel telur (Oosit yang telah dibuang intinya).

Mengapa menggunakan sel fibroblas? Seperti yang kita ketahui, bahwa sel fibroblas tersebut memiliki ciri sebagai sel yang tingkat regenerasinya tinggi dan berperan penting dalam penyembuhan luka.

Oleh karenanya sel tersebut dapat digunakan sebagai donor inti dalam proses kloning. Dengan uraian di atas metode ini dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk menyelamatkan spesies yang terancam punah seperti unta Baktrian. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline