Lihat ke Halaman Asli

Irma Fitrianingsih

Mahasiswi jurusan pendidikan fisika.

KKN UPI Tak Lagi Usung Tema Covid-19, Kini Aspek Literasi Jadi Sasaran Mahasiswa

Diperbarui: 18 September 2021   15:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana kelas saat murid melaksanakan 'Gerakan Ayo Membaca' untuk pertama kalinya/dok. pribadi

Seperti kita ketahui, dengan adanya wabah virus Covid-19 semua pembelajaran dilaksanakan secara daring begitupun dengan pelaksanaan KKN UPI yang mengusung tema pencegahan Covid-19 sejak diadakan secara daring, namun kini KKN UPI melakukan gebrakan baru dengan mengusung tema literasi, sebuah topik permasalahan yang sedang hangat-hangatnya di Indonesia mengingat hasil PISA kemarin yang sangat meresahkan bagi Indonesia. Minat baca yang rendah seperti sudah mendarah daging bagi mayoritas rakyat Indonesia. Hal inilah yang menjadi sebuah permasalahan yang sedang dicoba ditangani oleh mahasiswa UPI yang sedang melaksanakan KKN di tahun 2021 gelombang ke-2, karena pada gelombang 1 KKN UPI belum mengusung tema literasi.

Lokasi pelaksanaan KKN penulis adalah di MI Muhammadiyah Grubug, Nanggulan di Kab. Kulon Progo D.I Yogyakarta. Berdasarkan hasil observasi penulis ke sekolah memang kemampuan literasi murid kelas 6 di sekolah ini masih rendah dan belum adanya pelaksanaan dalam Gerakan Literasi Sekolah seperti pembiasaan membaca buku 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Apalagi dengan pembelajaran daring seperti ini dan keterbatasan interaksi dengan murid secara langsung membuat para guru sulit untuk memantau kemampuan murid yang sebenarnya.

Dikarenakan pada wilayah sekolah sudah zona hijau diadakanlah pertemuan terbatas dimana murid dapat datang ke sekolah dua kali dalam satu pekan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Sebagai upaya meningkatkan minat baca murid, penulis melakukan kegiatan pembagian jurnal baca dengan judul 'Gerakan Ayo Membaca' nama lain dari Gerakan Literasi Sekolah yang dibagikan kepada murid sebagai pembiasaan untuk membaca setiap harinya dan memberikan sebuah reward atau hadiah bagi murid yang paling rajin dan banyak membaca buku dan mengisi jurnal.

Dengan adanya jurnal baca tersebut diharapkan murid-murid kelas 6 dapat lebih berminat untuk membaca buku meski harus dikaitkan dengan adanya reward atau mungkin tambahan nilai. Banyak faktor-faktor penyebab rendahnya minat baca murid salah satunya adalah kurangnya kapasitas buku-buku yang relevan untuk dibaca oleh murid yang terdapat pada perpustakaan dan juga pengelolaan perpustakaan yang kurang baik. Seperti yang diutarakan oleh Bapak Juminta, S.Ag., M.S.I selaku kepala sekolah MIM Grubug bahwa buku-buku sumbangan untuk sekolah tidak semuanya relevan untuk anak pada tingkat SD, bahkan penulis menemukan buku yang seharusnya diperuntukkan bagi murid di tingkat SMP maupun SMA. Penulis harap ada tindaklanjut dari pihak berwenang dengan pemerataan kuantitas buku yang relevan bagi murid dan kualitas perpustakaan di tiap sekolah walaupun sekolah berada di pedesaan atau di daerah pedalaman.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline