Lihat ke Halaman Asli

Irhamna Mjamil

TERVERIFIKASI

A learner

4 Sikap Baik yang Aku Pelajari dari Ibu

Diperbarui: 4 Desember 2020   21:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi, Aku dan Ibu saat Wisuda


Bagiku perempuan terbaik yang pernah ada di hidup adalah ibuku.

 Ibu sekolah pertamaku adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan betapa pentingnya figur seorang ibu. Dulu saat masih kecil aku kira tugas seorang ibu hanya menyiapkan makanan dan membersihkan rumah. Namun, pemikiran itu berubah saat aku kelas 6 SD. Ada banyak kejadian yang membuatku berpikir bahwa tugas seorang ibu jauh lebih besar.

 Ibu mendidik anak-anaknya tak kenal lelah dari masih di kandungan hingga beranjak dewasa. Aku sangat setuju jika perempuan harus sekolah setinggi-tingginya. Karena perempuan akan menjadi ibu dan mendidik anaknya. Brigham Young, sang musa Amerika pernah berkata "you educate a man, you educate a man but you educate a woman you educate a generation". Ibu adalah penentu generasi masa depan. Jadi tidak salah bukan jika anak yang hebat adalah cerminan dari ibu hebat?

 Saat kuliah aku pernah berdiskusi dengan seorang profesor tentang kehebatan seorang ibu. Beliau berkata saat Rusia mengalami arus komunis yang sangat kuat dan kebebasan memeluk agama haram hukumnya, termasuk Islam. Maka ibu yang beragama Islam di Rusia mengajarkan anaknya nilai-nilai agama dari rumah mereka dan menyembunyikannya saat keluar. Sehingga agama Islam tetap berkembang meskipun secara diam-diam. Berkat ibu-ibu tersebut kini agama Islam menjadi agama dengan pemeluk terbesar kedua di Rusia setelah Kristen Ortodoks.

 Aku juga hasil didikan dari ibuku. Ibu mengajarkan nilai-nilai moral yang tak mampu kebeli dari kursus manapun. Meskipun tak mengenyam titel sarjana namun, ibu mempunyai sikap baik yang harus kucontoh. Ada 4 sikap baik yang aku pelajari dari ibu.

1. Bersyukur

    Ibu yang terlahir dari keluarga kaya raya menikahi ayah dengan latar belakang keluarga pas-pasan. Saat aku masih SD, pendapatan ayah sebagai guru hanya 1 juta membuat hidup kami pas-pasan. Namun, ibu tak pernah mengeluh meskipun kehidupannya berbeda saat dengan orangtuanya.

     Aku masih ingat saat kelas 3 SD pulang dari sekolah dengan menangis. Alasannya karena teman-teman sekelas banyak yang sudah punya kotak pensil bertingkat. Sementara kotak pensilku masih model lama . Alih-alih memarahi ataupun mengabulkan keinginan. Ibu malah berkata dalam bahasa Aceh "Tanyoe wajeb tasyukur ateuh mandum nikmat yang Tuhan bie. Karena, ureung laen untuk pajoh mantoeng susah, neuk" (Kita wajib bersyukur atas nikmat yang telah Tuhan beri, orang lain untuk makan aja susah, nak).

     Anak SD diberi nasehat seperti itu tentu tak mengerti. Aku hanya masuk kamar dan marah seharian. Seiring berjalannya waktu aku mulai paham apa yang dikatakan ibu. Melihat sendiri bagaimana ibu selalu bersyukur ketika menerima uang bulanan dari ayah. Ketika lauk makan hari ini hanya telur dan ibu tidak pernah mengeluh. Ketika anaknya mulai mengeluh karena lauk yang tidak enak, ibu selalu berkata untuk bersyukur.

      Ibu yang selalu bersyukur membuat kehidupan rumah tangga ayah dan ibu langgeng. Jarang sekali ada keributan yang kami dengar. Berkat sikap ibu tersebut, membuat aku jarang meminta barang diluar kebutuhan kepada orangtua. Ibu adalah guruku dalam bersyukur.

2. Jujur

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline