Lihat ke Halaman Asli

Iradah haris

We do not need slogan anymore, we need equality in reality

Bukber Virtual, Antara Ya dan Tidak

Diperbarui: 25 April 2021   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukber virtual, antara ya dan tidak. Gambar ilustrasi dari kartun benny, Kontan

TUBAN. Selama pandemi kita mengenal satu kebiasaan baru. Trend serba online, virtual. Kumpul virtual, rapat virtual, wisuda virtual. Bahkan tahun lalu, mahasiswa akhir fakultas kedokteran salah satu kampus universitas negeri di Jatim mengumumkan pelaksanaan ujian praktiknya dilangsungkan secara virtual. Lantas saat puasa begini, bisakah buka bersama (bukber) virtual dihelat? Jawab saya, antara ya dan tidak.

Bukber merupakan kebiasaan saat Ramadhan. Bagi ummat Islam, Ramadhan dan bukber tidak bisa dipisahkan. Hanya pandemi yang menghentikan kegiatan ini. Sebab tidak memungkinkan kita melaksanakan jamuan makan. Negara menetapkan standart aturan untuk tidak berkerumun. Maka bukber virtual pun muncul dan menjadi trend di banyak kalangan.

Bukber virtual memang salah satu sarana untuk mengeratkan silatutrahmi selama Ramadhan di masa pandemi. Sudah di tahun kedua ini kita jalani. Berkumpul di meja makan masing-masing menjelang waktu buka. Kemudian terhubung secara virtual saat makan bersama. Berbincang bersama, menyantap hidangan masing-masing, tanpa saling bersentuhan. Biasanya menggunakan sarana aplikasi zoom atau whatsapp di telepon pintar masing-masing.

Beberapa hari lalu, saya di grup keluarga juga saling pamer foto menyiapkan menu bukber di rumah masing-masing. Kemudian beberapa menit menjelang bedug maghrib, kami melakukan "video call berjamaah". Bapak dan ibu tampak antusias bisa berkumpul dan melihat langsung anak cucunya,bukber dari layar android. 

Saya, adik beradik dan juga anak keponakan yang sudah kuliah dan tinggal di lain kota pun ada. Momen ini menjadikan bukber virtual kami terlaksana dengan bahagia. Beda tempat namun terasa amat dekat. Berbuka bersama di depan mata tepat.

Kebetulan, saya, orang tua dan saudara-saudara saya tinggal satu kota. Hanya berbeda kecamatan saja. Sedang keponakan juga masih kuliah di wilayah Jatim. Jadi waktu bukanya nyaris bersamaan. Hanya selisih detik dan menit.

Namun Sehari lalu, keponakan suami yang sudah seperti anak sendiri menelepon dari Samarinda. Dia tahu lepas pukul empat sore aktifitas memasak saya sudah usai. Makanya selalu menyempatkan nelpon atau video call di waktu-waktu itu.

Masa kuliah di surabaya dulu, ia tinggal serumah dengan kami. Sudah 2 tahun ini kami hanya terhubung secara virtual. Karena ia bekerja di sebuah perusahaan kapal di Kutai, Kalantan Timur. 

Saya sudah seperti sahabat dan pengganti ibunya selama masa kuliahnya. Dia terbiasa bercerita, mengadu dan berkeluh kesah tentang segala hal. Mulai dari pelajaran, habbit, mode dan pergaulan. Sampai pada proses jadian dan putusan dengan pacarnya pun diadukan.

Bila sudah begini, bisa makan waktu berpuluh-puluh menit lamanya. Sore itu cukuplah untuk membuang waktu sambil menunggu maghrib. Ngabuburit bersama ponakan secara virtual pun berlangsung. Sambil mendengar cerita mengenai rencana resign dari perusahaan tempatnya kerja yang sekarang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline