Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Iqbal

Mahasiswa Komunikasi

Hidup Enggak Cuma Soal Ganteng atau Cantik, Lebih dari Itu Bro!

Diperbarui: 7 Desember 2021   02:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

       Cantik dan ganteng, mungkin jadi dua kata yang banyak diidamkan oleh semua orang, berharap predikat tersebut melekat pada dirinya. Wajar, sebab penampilan seringkali memberi banyak dampak kepada masing-masing individu. Bahkan muncul istilah, perempuan yang terlahir cantik, setengah permasalahan dari hidupnya terselesaikan. Itulah kenapa kalian mungkin pernah mendengar kata-kata "Untung cantik" atau "Untung ganteng" sebagai bentuk solusi dari sebuah masalah. Kecantikan maupun kegantengan itu sendiri merupakan sebuah previlege. Boleh jadi mengutungkan atau justru merugikan.

       Namun yang jadi persoalan adalah, mengapa kita cenderung untuk melihat seseorang hanya berdasarkan tampilan fisiknya. Memang betul, hal itulah yang pertama kali nampak dan terlihat. Oleh karena itu kita selalu berusaha tampil rapi, wangi, kalau perlu dandan, supaya orang lain terkesan. Minimal, enggak buat orang lain risih deh. Sayangnya, kita seringkali keblabasan dengan hanya menilai orang lain semata hanya dari tampilannya saja. Kita lupa kalau ada banyak variabel lain selain cantik dan ganteng di sana.

       Barangkali anda ingat dengan seorang wartawan yang jadi bulan-bulanan netizen karena menulis berita dengan judul "Bikin Gagal Fokus Pose Bidadari Bulutangkis Australia di Gym". Bukan Cuma itu, ketika Kyal Sin salah satu peserta demo anti kudeta militer Myanmar tewas tertembak, banyak judul berita di internet memakai istilah demonstran cantik. Bahkan sampai yang baru-baru ini terjadi, seorang mahasiswi bunuh diri akibat depresi, ditulis dengan judul berita yang menyematkan kata-kata mahasiswi cantik.

       Saya cukup heran plus penasaran. Pertama, Sepenting itukah kata cantik sampai harus dimunculkan. Kedua, memangnya enggak ada soal lain apa, kok ya yang ditonjolkan tampilan fisiknya.

       Jangan-jangan, apakah memang kitanya yang suka dengan berita semacam itu. Segala sesuatu berembel-embel tampilan fisik. Makanya, wartawan bikin berita seperti itu, wong peminatnya juga banyak. Kalau sampai begitu, berarti ada yang salah dengan pola pikir kita!

       Dosen saya pernah bilang di salah satu kuliahnya, bahwa manusia bukan hanya seonggok daging, tapi ada nilai, harga, dan martabat. Masalahnya, kita sering lupa dengan itu. Contoh simpelnya deh, ada laki-laki dengan postur tubuh pendek berkulit hitam, alhasil dianggap kurang ganteng. Karena standar gantengnya tidak demikian---dan tentunya berbeda-beda. Namun, siapa tahu dia cerdas, orangnya sopan, atau pendengar yang baik. Bukankah hal itu juga keistimewaan seseorang?

       Anda bisa jadi akan bilang "Ya bagaimana bisa saya tahu kalau dia cerdas, sopan, pendengar yang baik, yang pertama saya lihat kan tampilan". Memang betul, kalau anda pertama kali bertemu mana mungkin tahu. Namun, yang ingin saya tekankan, bukan berarti kemudian anda bisa buru-buru men-judge dia sebagai orang kelas dua hanya karena dia pendek atau berkulit hitam. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association tahun 2010 menemukan bahwa sekitar 60% wanita bertubuh besar mendapatkan diskriminasi dari tempat kerjanya. Wanita bertubuh besar juga tidak diinginkan sebagai bawahan, rekan kerja, dan atasan (Sumber).

       Nah kalau sampai begitu kan, aneh ya! Orang dinilai dan diukur tidak berdasarkan kemampuannya tetapi hanya berdasarkan penampilannya---Lain konteks dengan pekerjaan yang menuntut penampilan menarik lo ya. Padahal, smart is the new sexy.

 So, jangan pernah minder sama penampilan diri sendiri. Anda cantik atau ganteng dengan cara sendiri! Good luck!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline