Lihat ke Halaman Asli

Singgih S

Buruh Tani Kebun di Desa Cimayasari, Subang.

Pengalaman Pahit Jadi Buruh Kebun Buah-buahan

Diperbarui: 27 Oktober 2019   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Ingatan kadang timbul tidak terduga dan tiba-tiba melintas, kala sore hari tidak ada angin dan hujan ada telpon nomor baru masuk dari seseorang yang sudah aku lupa dan baru teringat setelah penelpon menyinggung kejadian di masa duabelas tahun lalu. Sebelum tersapu hujan dan hilang dari ingatan, malam di akhir pekan sembari leyeh-leyeh ngupi dan klepas-klepus, melatih ingatan melayang-layang di masa lalu sedang jejari ketak-ketik buat cerita . 

Dua Minggu yang lalu aku terima telepon dari seseorang sebut saja namanya Pak Danu pengusaha top, masih energik tinggal di Jakarta. Setelah kobar-kabur hingga kupingku panas, meminta aku membuka dan mengelola kebun buah2an di Sukabumi seluas 50 HA yang akan ditanami aneka jenis pohon Durian, kelengkeng dan Apokat dan akan disediakan fasilitas cukup representatif.  

Namun aku tolak terkait tanggungjawab di kebun yang belum purna dan bahkan akan menambah populasi tanaman buah2an dan berencaana akhir tahun akan ke kebun. Obrolan saya tutup dengan pertanyaan "Ada yang cantik dan tidak galak di Sukabumi..." kami tertawa bersama. 

Pohon Buah Naga Sedang Berbunga. Dok. Pribadi

Pertanyaan penutup mengingatkan kami akan kejadian dua belas tahun lalu dan suatu kejadian yang tidak aku duga dan berjalan begitu cepat.  

Cerita singkatnya begini, Pak Danu sedang anjangsana ke Purwokerto dan atas rekomendasi temannya menghubungi aku dan kami bertemu. Pak Danu meminta menangani kebun duriannya yang sudah berumur 9 tahun, tidak terawat, berbuah jarang seluas 2 HA populasi pohon 1280 pohon, lokasi kebunnya terpencil di daerah Sumbang, Banyumas. 

Saat itu juga aku minta melihat kondisi kebunnya, tiba disana dikenalkan dengan penjaganya. Di Saung kebun kami rembugan penanganan, biaya dan targetnya, deal. Sore hari Pak Danu kembali ke Jakarta, dikarenakan kesibukkanya kami atur hari dan waktu komunikasinya. 

Hari pertama aku langsung action bawa tukang tebang dan dibantu penjaga kebun, melakukan tindakan pemangkasan dahan, ranting dan seleksi pohon yang akan di tebang mengingat kelebihan populasi, mulailah di lakukan penebangan.  

Hari kedua, aku masih ingat sekitar pukul 10.30 WIB selagi melakukan penebangan tiba-tiba datang perempuan cantik dikawal polisi langsung tanpa ba-bi-bu mengklaim kebun sebagai miliknya dan melarang penebangan demikian pula pak polisi dengan entengnya menuduh aku masuk kebun tanpa ijin dan melakukan pengrusakan, demikian pula penjaga kebun dan tukang tebangnya dituduh bersekongkol melakukan tindakan kejahatan, mereka ketakutan. Lantas penjaga kebun memberi tahu aku ibu itu istri Pak Danu sedang polisi kakak istrinya.  

Kaget bin bingung lah aku, tentu aku menyangkal keras dan terjadi engkel-engkelan, aku buruh kebun kerja atas perintah pemilik kebun dan hal tersebut dibenarkan penjaga kebunnya namun tidak digubris dan tidak mau mengerti, edaaan. Aku juga desak mereka hubungi Pak Danu namun hpnya tidak aktif, sedang aku apes pulsa dan data habis, lokasi kebun jauh dari penjual pulsa. 

Siang itu aku di 'ajak' ke polsek alasanya sambil menunggu hubungan telpon, sedang penjaga kebun dan tukang tebang tetap di kebun dan tidak boleh kemana-mana. Di kantor polsek, ditanyai berulang-ulang tentulah aku tetap menyangkal tuduhannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline