Lihat ke Halaman Asli

Indra Rahadian

TERVERIFIKASI

Pegawai Swasta

Cerpen: Harimau

Diperbarui: 27 Agustus 2021   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi lukisan kepala harimau. (Gambar: ArtTower Via Pixabay)

Malam ini aku sibuk menepuk nyamuk. Mereka tengah asyik menghisap darah dari betisku. Kupilin dan membuangnya dalam ember berisi ikan. Bunyi kecipak air, pertanda ikan-ikan senang diberi makan. Baru saja kunyalakan api. Dan ikan bakar, akan tersaji sebentar lagi. 

Genap lima bulan, aku mengasingkan diri dalam hutan. Di pondok kayu milik Wak Abu. Sehari-hari, aku memasang bubu di tepi sungai. Menangkap ikan untuk dimakan. 

Lelaki tua itu, menerimaku dengan tangan terbuka. Dia tidak pernah bertanya, dari mana dan untuk apa aku datang ke tempat ini. Dia memang tak dapat berbicara. 

Nama Wak Abu, kusematkan ketika kami pertama berjumpa. Saat itu, dia tengah terbaring di samping perapian. Tubuhnya penuh abu, dan menggigil karena demam. 

Kadang aku merasa, dia tidaklah nyata. Pernah berhari-hari dia hilang, kemudian pulang tengah malam. Menangis dan tertawa. Sesekali menari dan bertingkah menirukan binatang. Harimau, ular dan babi hutan.

"Kau sudah terlalu jauh, Wak. Mungkin, sudah masuk ke wilayah Kerinci Seblat!"

Karena tak dapat bercerita, ia berusaha merangkai kisahnya dengan gerakan. Dan aku paham, ia telah mengikuti seekor harimau. Bertemu ular yang tengah memangsa babi hutan, dan manusia lain yang menyandang senapan. 

"Jangan berurusan dengan pemburu, Wak. Mereka itu orang-orang jahat!" 

Tempo hari, Wak Abu merusak jerat yang dipasang para pemburu. Kuyakin mereka bukan pemilik ladang. Babi hutan jarang merambah jauh ke perkampungan. 

Terlebih masyarakat kampung, tidak menganggap kehadiran harimau sebagai ancaman. Konon, masyarakat kampung memaknai kehadiran harimau sebagai sebuah teguran dari orangtua. 

Kehadiran harimau adalah pertanda, bahwa ada sesuatu yang salah dalam menjaga adat dan kelestarian hutan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline