Ketika kalian mendengar kata marifood, apa yang terlintas di pikiran kalian? Perusahaan? Pabrik? Marimas? Marioppa? Yup, betul sekali. Marifood ini adalah perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman khususnya produk minuman berbentuk serbuk. Tidak hanya minuman berbentuk serbuk, mereka juga terkenal akan produk-produk lain yang kebanyakan memiliki rasa manis, seperti permen, minuman susu, minuman perasa buah dan teh, serta masih banyak lagi.
PT marifood sendiri berdiri pada tahun 1995 yang awalnya hanya berupa home industry sekarang menjadi perusahaan nasional yang memiliki kurang lebih 1000 karyawan. PT marifood ini beralamat di Kawasan Industri Candi Gatot Subroto, Semarang, Jawa Tengah.
Pada hari Jumat tanggal 16 Mei 2025, penulis berkesempatan mengunjungi perusahaan ini untuk belajar mengenai Risiko Manajemen yang digunakan di perusahaan ini. Manajemen risiko sendiri adalah kegiatan mengorganisir risiko-risiko yang mungkin terjadi dan memengaruhi pencapain tujuan di dalam sebuah perusahaan.
Seperti perusahaan-perusahaan besar lainnya, PT marifood telah memiliki dan menetapkan standar manajemen risiko di dalam kegiatan produksinya. Mereka menggunakan ISO 22000. ISO 22000 sendiri merupakan standar internasional yang menetapkan persyaratan untuk Sistem Manajemen Keamanan Pangan (FSMS). Standar ini berlaku untuk semua organisasi yang terlibat dalam rantai pangan, dan tujuannya adalah untuk memastikan keamanan pangan pada saat dikonsumsi.
Seperti penerapan manajemen risiko lainnya, proses ISO 22000 mencakup perencanaan, implementasi, pemantauan, dan perbaikan berkelanjutan. Manfaat yang diperoleh perusahaan jika menerapkan manajemen risiko ini adalah adanya peningkatan kepercayaan pelanggan, pengurangan risiko keamanan pangan, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Kembali ke topik kunjungan, saat penulis mengunjungi pabrik utama, kamu diminta untuk memakai kelengkapan pegawai bagian produksi, seperti masker, baju khusus, penutup kepala, dan sendal yang sudah disiapkan. Saat memasuki ruang produksi terlihat bahwa pabrik dalam keadaan rapih, bersih dan proses kerjanya teratur. Kami menemukan berbagai alat besar yang digunakan untuk memproduksi produk. Kami juga dijelaskan mengenai urutan pembuatan produk dari bahan awal yang berupa gula sampai pada tahap pengemasan produk yang siap diantarkan ke berbagai kota.
Salah satu hal menarik lainnya adalah adanya program pendauran ulang sampah kemasan produk menjadi briket. Hal ini menjadi menarik karena, pihak PT Marifood tentunya sudah concern akan masalah lingkungan yang ditimbulkan dari penggunaan plastik sebagai pembungkus produk. Sampah plastik tersebut mereka olah menjadi kerajinan tangan tas, penutup galon, penutup toples, dan penutup tisu. Selain itu, sejak tahun 2018 perusahaan Marifood juga mulai menggerakkan aksi Eco-Brix. Eco-Brix adalah pemanfaatan sampah plastik untuk membuat kursi, meja, bahkan suatu panggung.
Kunjungan ke PT Marifood merupakan salah satu kegiatan yang tidak hanya menyenangkan tetapi juga sangat bermanfaat dalam mempelajari hal-hal baru. Selain mendapatkan informasi yang dijelaskan secara verbal kami juga mendapatkan pengalaman dan experience baru mengenai proses produksi dan penerapan manajemen risiko di perusahaan tersebut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI