Lihat ke Halaman Asli

IMRON SUPRIYADI

Jurnalis dan Pengasuh Ponpes Rumah Tahfidz Rahmat Palembang

Gubernur Penggusur Tuhan

Diperbarui: 3 September 2022   11:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : dialeksis.com 

Cerpen Imron Supriyadi

Pagi sekitar pukul 06.30 WIB, Kantor Pandawa, sebuah Even Organizer (EO) Kesenian di Kataku masih sepi. Tapi Pardiman, kali itu sudah muncul. Ia selalu datang lebih dulu dari crew lainnya.

Meski bukan penjaga kantor, tapi Pardiman melakukan sesuatu yang bisa dilakukan untuk menjaga kenyamanan di kantor setiap hari. Termasuk menyapu, merapikan arsip-arsip yang terserak, layaknya office boy pada umumnya.

Sesaat Pardiman membaca sebuah undangan yang tergeletak di atas meja pimpinan. Sebelum merapikannya, Pardiman sempat membaca undangan yang sejak semalam sudah dibuka oleh beberapa crew lembaga. Amplop cokelat itu tertera lambag garuda dan deretan huruf yang menjelaskan undangan berasal dari gubernur.

"Pagi, Man!" Sutarman, Direktrur Pandawa datang menyapa Pardiman.

"Pagi juga!" Pardiman menjawab pendek.

Hubungan antar crew di lembaga ini tidak seperti di perusahaan pada umumnya, yang mengedepankan feodalis struktural. Hubungan antara pimpinan dan bawahan di Venesia bersifat kolektif kolegial. Sehingga, jalinan satu dan lainnya berjalan setara. Hanya pada kebijakan tertentu saja, lembaga ini tetap proporsional, seperti tanda tangan surat dan kontrak dengan sejumlah kolega.

"Cak mano, kito? Nak datang idak di acara agek malam?" tanya Pardiman pada Sutarman.

"Secara kelembagaan, kito dateng bae. Apo lagi ini undangan dari Pak Gubernur," ujar Sutarman.

"Wong berapo yang boleh datang?" Pardiman sepertinya ingin ikut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline