Lihat ke Halaman Asli

Siti Masriyah Ambara

Pemimpi dengan banyak keterbatasan

Badan Sehat, Ekonomi Sehat, Negara Kembali Kuat

Diperbarui: 3 April 2020   07:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. WHO

Berita mengenai meninggalnya Menteri Keuangan Negara Bagian Hesse di Jerman, Thomas Schaefer, yang diduga bunuh diri karena putus asa menangani dampak Covid 19  terhadap perekonomian negara adalah salah satu penanda perekonomian dunia terguncang hebat. Kasus yang terjadi di negara yang perekonomiannya stabil seperti Jerman mau tidak mau membuat kita bertanya sejauh mana negara kita bersiap menghadapi badai besar di dunia ekonomi yang menunjang kestabilan negara. 

Dan, sejauh mana kita sebagai warga negara bisa membantu negara kita untuk tetap tegak kuat berdiri di tengah terjangan badai yang mengguncang hampir seluruh negara di dunia. Karena, bagaimanapun negara membutuhkan kita sebagai penopang stabilitas sistem keuangan, karena kita adalah bagian penting dari struktur perekonomian negara yang sangat kompleks.

Tidak perlu kita menjadi pengusaha kaya raya, miliarder, politisi atau posisi strategis lain untuk turut berkontribusi menjaga negara tetap kuat di tengah serangan Covid-19. Ada banyak cara cerdas berperilaku yang bisa kita lakukan di tengah pandemi global ini misalnya saja dengan hal berikut :

Tidak membuat keputusan karena rasa takut
Banyak berita terkait panic buying alias membeli karena rasa panic yang dilakukan banyak orang, tidak hanya di Indonesia. Menumpuk stok makanan, stok alat kesehatan seperti masker dan disinfektan karena ketakutan yang seringkali tidak beralasan adalah penyebab kenaikan harga barang-barang tersebut secara drastis.

Keputusan tersebut tidak hanya melanggar prinsip etis karena membuat masyarakat miskin semakin kehilangan daya beli terhadap kebutuhan pokok tapi juga membuat usaha penyelamatan pasien Covid-19 terhambat karena minimnya pasokan Alat Perlindungan Diri bagi petugas medis. Aneka himbauan untuk tidak melakukan penumpukan stok tidak diindahkan hingga akhirnya aparat hukum mulai bertindak keras dengan menangkap para penimbun.

Sanksi tegas ini juga yang rasanya perlu ada mengingat tidak mudah bagi orang untuk mengikuti anjuran jika mereka rasa berpotensi merugikan mereka secara pribadi. Sanksi ini penting untuk mengingatkan anggota masyarakat yang egois bahwa tindakan mereka merugikan fisik dan psikis orang lain. Rasa takut atau bisa jadi rasa rakus itu adalah virus lain yang harus kita lawan.

Evaluasi rencana keuangan keluarga
Langkah ini jelas hanya realistis dilakukan oleh orang-orang yang secara keuangan masih memungkinkan, namun perlu membuat langkah antisipasi untuk menghindari rasa putus asa karena pengelolaan keuangan keluarga yang tidak baik akan mendorong pada krisis keuangan. Untuk itu perlu melakukan tinjauan ulang pada rencana keuangan yang sudah atau akan dibuat sepanjang krisis Covid-19 yang diperkirakan paling cepat berakhir di Juni 2020.

Artinya, selama tiga bulan ke depan perlu ada pemangkasan atau pengalihan dari pos anggaran yang sekedar keinginan ke pos anggaran yang memang untuk memenuhi kebutuhan. 

Contoh mudah adalah pos hiburan bulanan yang biasanya untuk hang out atau makan diluar, dialihkan untuk pos kebutuhan misalnya makanan. Karena untuk memastikan fisik kita sehat, kita pastinya membutuhkan asupan makanan yang bergizi untuk memperkuat imunitas tubuh. Atau pos anggaran lain yang memang diperkirakan akan menjadi kebutuhan penting di masa krisis Covid-19 ini.

Yang jelas memang, keuangan keluarga akan aman jika mampu menekan pos anggaran yang sifatnya hanya memenuhi keinginan dan bukan kebutuhan. Namun yang jelas, krisis Covid-19 yang “memaksa” kita merubah gaya hidup tidak sampai membuat rasa kemanusiaan kita menipis. 

Justru, di saat inilah kita bisa menunjukkan wajah kita sebagai sesama manusia yang saling membantu dengan mengalokasi sebagian anggaran untuk membantu warga miskin yang pastinya mengalami dampak paling parah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline