Penggunaan gawai ternyata mempengaruhi kebiasaan kita menulis. Maksudnya, menulis denga menggunakan jari jemari. Menulis manual dengan memegang pinsil atau balpoint, rupanya sudah jarang dilakukan selain oleh anak sekolah. Teknologi telepon selular membuat orang tak butuh menulis secara manual, cukup tekan tombol, tulisan jadi dalam tempo singkat.
Buku catatan pun sudah jarang dibawa orang. Untuk apa? Toh semua bisa ditulis dan disimpan di handphone lengkap dengan foto-fotonya.
Namun perlahan saya merasakan, setelah lama tak menggunakan alat tulis seperti pinsil, balpoin dan kertas, jari-jemari seolah kaku. Meski masih terbaca tapi tulisan terlihat berantakan.
Wah, ini harus segara diperbaiki. Maka iseng-iseng membeli notes kecil dan sebuah balpoin yang bisa disimpan di saku. Perlahan, saat di dalam kendaraan umum atau menunggu giliran ke dokter, saya menulis di notes itu beberapa kalimat. Kalimat apa saja yang terpikirkan atau kondisi yang dihadapi saat itu.
Terkadang hanya menulis "hujan turun" berulang-ulang. Ya, berulang-ulang. Namun tulis dengan perlahan agar tampak jelas, mudah dibaca. Syukur-syukur bila tulisan indah dengan huruf tebal tipis.
Rupanya cukup menyenangkan. Bagi saya yang sudah lebih dari 50 tahun, menulis dengan tangan mengingatkan saat duduk di bangku sekolah. Juga ada perasaan nyaman dan tenang. Apalagi bila tulisa terlihat rapi.
Memang sangat sepele. Tapi bagi saya itu sangat menyenangkan. Akhirya notes kecil dan balpoin atau pinsil selalu saya bawa. Hanya sekadar iseng-iseng saat senggang, untuk menulis apa saja. Terkadang saya teringat istilah dalam bahasa asing, yang kemudian saya tuliskan juga berulang-ulang. Intinya, tulisan itu sedapat mungkin ditulis dengan tenang dan rapi.
Dan setelah lebih dari setahun saya menulis manual di notes, kini malah berkembang dengan menggambar kaligrafi Arab. Dengan notes kecil itu, saya menuliskan kaligrafi Arab semampu saya. Hasilnya memang tidak maksimal, karena meski bisa mengaji, namun menulis indah itu tidak pernah saya pelajari. Hanya sekadar menulis saja.
Namun dengan perkembangan teknologi, kita bisa meniru berbagai ragam kaligrafi. Kita bisa menggambar yang kita mau dan mampu. Benar-benar menyenangkan dan cukup menantang.
Apakah hobi ini memberi pengaruh terhadap kesehatan? Saya percaya. Sebab dengan menulis manual menggerakan jemari, membuat huruf, maka syaraf dilatih untuk terus bergerak. Otot pun akan bergerak menyesuaikan setiap huruf. Apalagi huruf-huruf yang dituliskan itu tidak sama. Beda dengan tuts komputer atau keyboard di HP, semua tinggal pencet tidak perlu "mengukir" huruf.
Selain itu, ingatan pun akan dilatih untuk mengingat setiap kata yang akan ditulis. Atau sebalikya, setiap kita menuliskan informasi penting dalam catatan, maka otak pun akan merekamnya. Jadi lebih mudah diingat.