Lihat ke Halaman Asli

Logika dan Pemahaman Islam tentang Larangan Mensholatkan Pendukung Ahok Adalah Benar

Diperbarui: 28 Februari 2017   08:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebuah artikel yang dramatis bermaksud menggali simpati namun tampaknya gagal karena akal sehat yang masih berfungsi. Sebaran kebencian yang diupayakan agar meletup dan berimplikasi naiknya secara signifikan suara untuk paslon Ahok- Djarot di putaran kedua sepertinya tidak berhasil sesuai dengan rencana. Apa iya? Ya! Karena memang fakta valid dan tidak perlu dibantah dengan menggunakanreferensi apapun.

Mengapa? 

Sebuah polling yang di rilis oleh SMRC sebelum pencoblosan pertama dan kemudian diperkaya oleh analisa cadas dari Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah tentang soliditas dan militansi para pendukung Ahok maka dapat disimpulkan bahwa banner atau spanduk yang sempat mejeng di beberapa titik strategis kontan memancing reaksi dengan tajuk "Pendukung Ahok kalau mati pengurus masjid tidak mau mensholatkan!" tersebut shahih!

Demikian bunyi provokasi yang belum jelas dikeluarkan oleh kubu mana. Anggap saja itu dari kubu penentang Ahok, maka pernyataan tersebut sungguh identik dengan profil para pendukung Ahok yang di dominasi oleh etnis tertentu yang mayoritas kalau meninggal di kremasi atau agama tertentu yang kalau mati didandani sedemikian. Maka bunyi dari spanduk yang beredar menjadi benar adanya. SMRC emang konsultan politik komersil yang cukup jempolan!

Mengapa harus menjadi panik dan tersinggung? Kepanikan jika mati tidak bakal disholatkan jelas sebuah anomali pemahaman beragama, lah wong bukan muslim koq pengin disholatkan oleh jama'ah masjid? Opo tumon rek?!"

Dari dua juta sekian paling banter hanya dibawah sepuluh persen pemilih dariagama Islam, itu pun paling-paling tongkrongannya seperti Iwan Bopeng yang ngaku muslim. Atau seperti Zuhairi Misrawi, Guntur Romli atau pemilik seword.com yang menolak surga versi islam mainstream (yang berpemahaman sunnah Nabiyullah adalah ma'sum dan tsiqah) . Trus mau di apain coba? Sisa terbanyaknya tentu saja kaum a-politis yang selama ini jauh dari politik praktis dan lebih getol berdagang saja. Atau para pemilih yang mewek-mewek tentang larangan membangun rumah peribadatan seperti kasus yang terjadi di Bitung, Sulawesi Utara sono.

Tidak ada yang salah dengan larangan tersebut bahkan benar dan harus diterima kenyataannya. Beriman tidak boleh galau barang sedikitpun.

Salam Anti Galau Lagi!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline