Lihat ke Halaman Asli

Imam Rahmadi

Dosen. Peneliti. Penulis.

Flyover Pasar Ciputat, Obat Kekesalan Atas Kemacetan

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terhitung telah genap tiga tahun sudah masyarakat di daerah Ciputat, Tangerang Selatan dan sekitarnya merasa lega dengan keadaan jalan Ir. H. Djuanda pada bagian yang melintas tepat di depan pasar Ciputat. Kemacetan sudah sedikit terkurangi, walaupun tetap masih ada saja kemacetan di depan pasar. Hal itu menjadi wajar, seperti layaknya pada pasar-pasar yang lain, pasti ramai dengan para pengunjung sehingga menyebabkan kemacetan, selain pengunjung mungkin juga karena ulah para pedagang yang berjualan di pinggir jalan atau bus dan angkutan yang parkir dan menaik-turunkan penumpang sembarangan. Namun walau masih ada saja kemacetan, tidaklah terlalu parah apabila dibandingkan dengan keadaan dua tahun yang lalu.

Sebelumnya kemacetan sangat parah terjadi setiap hari. Bagian jalan yang melintas di depan pasar yang panjangnya hanya sekitar 200 meter, seharusnya bisa dilewati tidak lebih dari 1 menit, namun karena kemacetan untuk melewatinya menjadi membutuhkan waktu sekitar 5 sampai 10 menit. Penderitaan kemacetan diperparah lagi dengan keadaan jalan yang berlubang. Sungguh melewati jalan itu, seperti diungkapkan dalam peribahasa “bagai jatuh tertimpa tangga”, sudah macet masih ditambah dengan jalan yang berlubang.

Penderitaan berganda yang menerka siapa saja yang melintasinya diakhiri dengan dibangunnya jalan alternatif yang melintas diatas jalan tersebut atau istilah kerennya disebut flyover, sedangkan dibawahnya yang semula adalah jalan yang rusak dirubah menjadi trotoar dan sebagai ganti jalan di bawahnya diadakan pelebaran jalan. Pelebaran diperkirakan sekitar 8 meter disetiap sisi kanan dan kiri jalan.

Adanya flyover seolah menjadi obat dari semua kekesalan yang terjadi. Harapan besar tersirat dengan adanya flyover adalah untuk mengurangi kemacetan. “pembangunan flyover dimulai pada sekitar bulan Agustus tahun 2006” begitu tutur Muhaimin (40 tahun), seorang penjual buah siap saji dan minuman di bawah flyover yang sudah puluhan tahun berjualan di situ, jauh sebelum flyover dibangun. Jadi Dia tau betul sejak awal sampai selesai pembangunan flyover. “Tapi baru mulai digunakan kira-kira pada awal tahun 2008” tambah Muhaimin. “habis berapa milyar ini Pak, pernah denger kabar-kabar tentang itu gak?” kataku. “gak sampai milyaran dik, inikan cuma pendek gak ada 500 meter, yang saya dengar itu katanya habis sekitar 800 juta, tapi itu baru uang pembangunan flyovernya, belum untuk ganti rugi pelebaran tanah”. “Buat ganti rugi, tanah dihargai 2 juta per meter, kalau ganti rugi bangunan sama rumah tergantung besar atau kecil ukurannya” Dia menambahkan.

Lintasan flyover dimulai tepat dari depan Ciputat Mega Mall dan berakhir di depan Swalayan Ramayana. Seperti dikatakan Muhaimin memang panjangnya tidak lebih dari 500 meter, kalau saya perkirakan sendiri panjangnya hanya sekitar 300 meter lebih sedikit, dengan lebar jalan kurang lebih 8 meter. Sesuai dengan sebutannya (flyover) pastinya jalan itu berada di atas, melintasi jalan yang di bawahnya. Tanjakan menuju ke atas jalan lumayan tinggi, apabila berada tepat pada puncaknya, ketinggian itu sampai sekitar 15 meter.

Flyover dibuat dilapisi dengan lempengan besi baja di dalamnya, supaya memperkuat ketahanan terhadap tekanan dari kendaraan yang melintas. Lubang galian yang dijadikan fondasi dari tiang-tiang penyangganya mencapai hingga 15 meter kedalaman tanah. Pembuatannya memakan waktu sekitar satu setengah tahun, waktu yang termasuk sebentar untuk pembuatan flyover, cepatnya pembangunan itu karena menggunakan mesin yang sudah canggih dan modern.

Keadaan flyover saat ini setelah berumur dua tahun dihitung dari awal mula penggunannya, dilihat dari kekokohan bangunannya masih terlihat kuat belum terlihat adanya keretakan. Aspalan jalannya juga masih rata, halus dan belum berlubang. Bagiku itu wajarlah, secara flyover itu baru berumur dua tahun, namun entahlah lima tahun kedepan, biasanya bangunan sudah mulai kelihatan kerusakannya setelah lima tahun. Namun tembok-tembok tebal yang menjadi tiang penyangganya sudah banyak coretan-coretan, entah itu ulah dari orang-orang yang sebanarnya kreatif namun kekurangan tempat untuk menuangkan kreatifitasnya, atau ulah dari tangan-tangan jahil yang tidak bertanggungjawab. Apabila dilihat dari tulisan-tulisannya, itu lebih layak dinilai akibat dari tangan-tangan yang jahil, karena tulisannya tidak jelas dan terkesan sembarangan menulisnya. Berbeda apabila itu dari orang yang kreatif namun kurang akan media ekspresi, coretan mereka lebih terkonsep dan mempunyai nilai estetika, seperti Grafitti atau Mural-mural yang juga biasa aku temui ditembok-tembok perkotaan.

Selain sebagai jalan alternatif untuk menghindari kemacetan, flyover secara tidak sengaja menimbulkan banyak fungsi-fungsi lain, terlihat dengan sangat jelas terjadi tepat di bawahnya. Banyak kehidupan di bawah flyover tersebut, terutama aktifitas perdagangan seperti dipakai untuk berjualan sepatu, lukisan, VCD bajakan, bahkan diujung dari bawah flyover ada yang memaki untuk berjualan sayuran yang seharusnya adalah jalan penyebrangan dan tidak mau kalah tukang ojek juga ikut mangkal di bawahnya. Jadi flyover itu dijadikan sebagai layaknya sebuah atap yang menaungi mereka dari panasnya terik matahari dan hujan.

Menyikapi hal tersebut, itu merupakan bagian dari dampak kehidupan masyarakat urban yang dinamis, sangat wajar dan tidak dapat dihindari. Persaingan hidup di daerah perkotaan yang keras dengan pola kehidupanheterogen, setiap orang memiliki tujuan dan keperluan masin-masing, sampai-sampai setiap orang juga hanya memikirkan dirinya masing-masing. Apalagi ini terletak didaerah yang sangat dekat dengan Ibu Kota, banyak orang-orang dari desa mengadu nasibnya di sini, termasuk di antaranya teman-temanku. Banyak teman-temanku satu kampung yang berada, hidup, dan mencari kehidupan di sekitar pasar Ciputat.

Setelah dibangunnya flyover, saat ini menjadi tanggungjawab bersama dalam mempertahankan dan merawatnya. Mengingat fungsinya yang sangat strategis dalam mengurangi kemacetan. Pastinya yang diharapkan flyover tersebut akan tetap kokoh, terhindar dari kerusakan dan tak lekang oleh jaman, namun itu juga tergantung bagaimana perawatannya. Terkadang memang mempertahankan menjadi lebih sulit daripada membangun.

(Tulisan ini juga diposting di website www.akumassa.org)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline