Lihat ke Halaman Asli

Syaikh Yusuf Qaradhawy di Mata Kaum Syiah

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dia (Hasan Nashrullah) menuduhku mengajak untuk membunuhi warga sipil. Saya tidak mungkin mengajak kepada hal itu. Justru saya mengajak untuk memerangi orang-orang yang membantai warga sipil. Di sana (Suriah) ada orang-orang sipil yang memakai pakaian sipil (padahal mereka membantai warga sipil). Mereka adalah milisi Shabihah. Mereka harus diperangi. Jadi kami menolak pembunuhan warga sipil biasa. Jika sebagian warga sipil terbunuh, maka hal itu terjadi karena kedaruratan perang dan kami mengharap mereka gugur sebagai syuhada.”

Hasan Nasrullah membanggakan dirinya dengan mengatakan akan mengirimkan ribuan tenaga tempurnya untuk berperang di Suriah. Allah akan mengalahkannya dan Allah akan menyiksanya dengan siksaan Sang Maha Perkasa lagi Maha Menguasai, karena ia berperang di jalan thaghut.

Kalimat-kalimat diatas ditukil dari pernyataan Syaikh Yusuf Qaradhawy saat ditanya perihal keterlibatan kaum zindiq Syiah, Hizbullah pimpinan Hasan Nasrullah yang telah menyerbu dan membunuhi rakyat Suriah dengan kejam.

Siapakah syaikh yang dengan telah telak-telak menghukumi perlakuan dzahir ajaran sesat ini? Bukankah beliau juga ikut menandatangani Deklarasi/Risalah Amman yang berisi tiga poin penting tersebut?

Kaum Syiah selalu menggunakan Deklarasi Amman untuk menjelaskan posisi mereka dimata kaum muslimin sedunia, termasuk di Indonesia. Deklarasi yang disepakati oleh oleh ratusan ulama baik  dari Sunni maupun Syiah pada 9 November 2004 di Yordania yang kemudian di adopsi oleh pada pertemuan negara-negara Islam yang diselenggarakan di Makkah pada tahun 2005.

Bagaimana sikap Syaikh Qaradhawy terhadap Syiah setelah deklarasi ini dipublikasi keseantero dunia? Apakah beliau berbaro'ah terhadap deklarasi tersebut?

Ternyata dalam kurun 5 tahun Syaikh ini merilis tiga fatwa tentang kesesatan Syiah di dalam kitab “Fatawa Mu’ashirah”jilid 4 yang terbit pada tahun 2009.

Taqrib (pendekatan/rekonsiliasi) antara Sunni dan Syiah yang diupayakan dilakukan pelbagai pihak atau ulama/cendekiawan muslim seperti berharap minyak bisa larut dan membentuk unsur yang mutual dengan air. Deklarasi Amman yang notabene merupakan deklarasi yang lebih kental nuansa politisnya tersebut hanya akan berakhir pada tataran konseptual dan sepertinya susah dan sangat sulit untuk direalisasikan didalam bermuamalah. Bagaimana mungkin ruju' illal haq ketika seorang Tajul Muluk berkoar-koar menghina shahabat Umar bin Khattab RA ditengah masyarakat Sampang yang berpemahaman Sunni?

Syaikh Qaradhawy telah berbaro'ah atas risalah yang juga kemudian malahan di tabrak oleh Syiah sendiri (baca: takfiri kepada shahabat kecuali Ali bin Thalib RA sesuai dengan poin pertama dari Deklarasi Amman).

Semoga perbedaan yang disamarkan ini bisa dibaca jelas oleh kaum Sunni Indonesia bahwa mereka ( Syiah Itsna/Rafidhah/Imamiyyah) tetap berkeinginan tumbuh dan berkembang sebagaimana layaknya mereka di Iran.

Wallahu Musta'an.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline