Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Reformasi Kereta Api, Bukti Indonesia Bisa Ubah Kebiasaan Buruk

Diperbarui: 28 September 2022   04:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Kompas.com/dandy bayu bramasta

Mengubah kebiasaan yang buruk itu sulit. Apalagi kebiasaan buruk orang banyak. Tapi PT Kereta Api membuktikan bahwa perubahan bisa dilakukan. Bukti bahwa Indonesia bisa lebih baik.

Dulu naik kereta api sangat tak nyaman. Sebelum tahun 2010, aku beberapa kali naik kereta api Purwokerto-Jakarta atau sebaliknya dengan kereta ekonomi.

Saat itu, ada orang yang tanpa tiket bisa naik kereta api. Si orang ini bayar juga dengan tarif lebih murah. Pertanyaannya, uang si orang ini masuk ke kantong siapa?

Kalau ada pengecekan, si orang yang tak punya tiket ngumpet. Terus dia aman tak kena sanksi.

Efek banyaknya orang di kereta, aku merasakan sendiri harus berdiri di dekat toilet. Bayangkan saja bagaimana baunya.

Pernah dapat duduk. Baru duduk langsung disemprot pewangi oleh seseorang. Modal nyemprot pewangi yang tidak kita minta, dia minta duit. Apa bukan pemaksaan namanya?

Pernah naik kereta eksekutif dari Bandung ke Jakarta. Eh ada yang merokok di dalam kereta ber-AC. Sambil duduk, dia merokok. Apa ngga gila itu? Waktu itu aku juga perokok dan pasti tak akan merokok di gerbong. Aku hanya merokok di sela antar gerbong yang waktu itu memang diperbolehkan.

Suasananya sumpek, bising, bau, tak bisa istirahat. Sangat menjengkelkan. Aku pun beranggapan bahwa kebiasaan buruk perkeretaapian tak akan bisa berubah. Maklum sudah karatan dan mendarah daging.

Tapi setahuku sejak Ignasius Jonan pimpin kereta api, semua berubah. Kereta api lebih nyaman. Tak ada pemaksa di dalam kereta api, sekalipun itu di ekonomi.

Tak ada orang "asing" bisa masuk sembarangan ke kereta tanpa bayar. Semua berubah. Banyak orang memberi testimoni yang baik untuk kereta api Indonesia.

Memang semua jadi ada konsekuensinya. Tiket lebih mahal. Tapi orang mendapatkan kenyamanan bertransportasi jarak jauh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline