Lihat ke Halaman Asli

Ikrom Zain

TERVERIFIKASI

Content writer - Teacher

Lorong Waktu Akulturasi Dua Masjid Kuno di Kota Semarang

Diperbarui: 30 April 2020   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Menara Layur dari arah Jalan Kakap Semarang. - Dokumen Pribadi

Saya sempat ragu saat menuju ke penginapan yang saya tuju di kawasan Layur Semarang. Bukan pepesan kosong, baru berjalan masuk beberapa meter dari Jalan Kakap yang menjadi lokasi penginapan saya, suasana jadul langsung terasa.

Lebih tepatnya, saya seakan memasuki lorong waktu dengan mendapati aneka bangunan kuno yang kumuh dan tak terawat. Meski penginapan yang saya gunakan menempati bangunan baru, entah mengapa, suasana jadul benar-benar langsung menusuk di hati.

Termasuk, saat menemukan sebuah masjid yang berada beberapa meter dari penginapan. Awalnya, saya tak menyadari ada masjid di sana karena bangunan itu mirip sekali dengan musala. 

Namun, kala mata saya menangkap sebuah menara mercusuar dengan kubah masjid di atasnya, saya pun semakin yakin bahwa rumah Allah itu berdiri megah.

Sebuah rumah kono yang masih banyak berdiri di daerah Layur Semarang. Beberapa diantaranya mengalami penurunan tanah. Dokumen Pribadi

Sayang, saya tak melakukan satu pun salat berjamaah di sana. Alasannya, di dalam penginapan sudah ada musala dan rekan jamaah. 

Teriknya mentari yang menerpa membuat tubuh ingin bergegas untuk mencari mesin pendingin di penginapan. Meski begitu, saya tertarik sejenak mengulik masjid yang bernama Masjid Menara Layur tersebut.

Pintu masjid yang hampir selalu tertutup ternyata membuat saya terperangah. Masjid ini mulanya memiliki pintu di bagian Kali Semarang yang berada di balik jalan kampung tempat saya berdiri. 

Pintu itu kini sudah ditutup. Warna hijau muda yang menyala membuat bangunan masjid ini amat dikenali bahkan dari arah Halte Trans Semarang Layur, tempat saya sering naik turun Trans Jateng dan Trans Semarang.

Masjid Menara Layur diapit bangunan kuno yang tak terawat. Tampak menara masjid yang aslinya merupakan sebuah mercusuar. Dokumen Pribadi

Perpaduan gaya Melayu, Arab, dan Jawa tampak menghiasi ornamen dinding masjid tersebut. Ternyata, masjid ini sudah dibangun sejak tahun 1800an oleh para saudagar Arab yang berasal dari Yaman.

Pantas saja, saya menemukan beberapa orang Arab yang berjualan kain di sekitar rel kereta menuju arah Stasiun Semarang Tawang. Uniknya, kampung tempat masjid ini berdiri yang juga tempat penginapan saya malah disebut Kampung Melayu.

Menara yang digunakan masjid ternyata dulunya memang sebuah mercusuar untuk mengawasi kapal-kapal yang berlabuh di Kali Semarang. Kini, menara itu tentu digunakan untuk pengeras suara azan yang terdengar hingga ke penginapan saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline